Kamis, 20 Maret 2014




BAB 1
APA ITU BELAJAR?

Apakah belajar akan menghasilkan perubahan perilaku?





Seberapa permanenkah relatif permanen itu?


Belajar dan kinerja
Mengapa kami merujuk pada praktik atau pengalaman?


Apakah belajar berasal dari jenis pengalaman spesifik?


Definisi belajar yang dimodifikasi



Apakah ada perbedaan antara jenis-jenis belajar?
Pengkondisian klasik
Pengkondisian instrumental



B
elajar (learning) adalah salah satu topic paling penting di dalam psikologi dewasa ini. American Heritage Dictionary mendefinisikan “untuk mendapatkan pengetahuan, memahami, atau menguasai melalu pengalaman atau study”. Namun definisi ini tidak bias diterima sebab ada istilah yang samar di dalamnya, seperti pengetahuan,pemahaman,dan penguasaan. Definisi yang cukup popular yang dikemukakan oleh Kimble (1961, h. 6), yaitu belajar sebagai perubahan tang relative permanen di dalam potensi behavioral yang terjadi sebagai akibat dari praktik yang diperkuat.

            Pertama, belajar diukur berdasarkan perubahan dalam perilaku; dengan kata lain, hasil dari belajar harus selalu diterjemahkan kedalam perilaku atau tindakan yang dapat diamati. Kedua, perubahan behavioral ini relatif permanen; artinya, hanya sementara dan tidak menetap. Ketiga, perubahan perilaku itu tidak selalu terjadi langsung setelah proses belajar selesai.

APAKAH BELAJAR PASTI MENGHASILKAN PERUBAHAN PERILAKU?
            Psikologi telah menjadi ilmu behavioral dengan segala kelebihan dan kekuranganya,Sebuah ilmu pengetahuan atau sains membutuhkan pokok persoalan yang dapat diamati, diukur, dan dalam ilmu psikologi,pokok persoalan itu adalah perilaku. Jadi, apapun yang kita pelajari dalam psikologi harus diekspresikan melalui perilaku, tetapi ini bukan berarti bahwa belajar adalah sebuah perilaku. Dan kita bias mengambil kesimpulan mengenai proses yang diyakini merupakan sebab dari perubahan perilaku yang kita lihat. Dalam kasus ini, proses itu dinamakan belajar.
Mengapa Kita Mengacu Pada Praktik atau Pengalaman?
            Jelas bahwa tak semua perilaku dipelajari. Perilaku yang lebih sederhana adalah hasil dari refleks. Sebuah reflex dapat didefinisikan sebagai respon yang tak dipelajari lebih dahulu atau respons pembawaan internal dalam rangka bereaksi terhadap sekelompok stimuli tertentu. Bersin, ketika hidung anda tergelitik, kaki anda tersentak mendadak ketika lutut anda dipukul.
APAKAH ADA PERBEDAAN ANTARA JENIS- JENIS BELAJAR?
            Belajar, seperti yng sudah kita lihat, adalah istilah umum yang digunakan untuk mendeskripsikan perubahan potensi perilaku yang berasal dari pengalaman. Akan tetapi, conditioning (pengkondisian) adalah istilah yang lebih spesifik yang dipakai untuk mendeskripsikan prosedur aktual yang dapat memodifikasi perilaku.

Penerimaan kualifikasi “relatif permanen” dalam definisi belajar juga akan menentukan apakah proses sensitisasi dan habituasi diterima sebagai contoh dari belajar. Sensitisasi adalah proses dimana suatu organisme menjadi lebih responsive terhadap aspek tertentu dari lingkungannya. Habituasi adalah proses dimana suatu organisme kurang responsive pada lingkungannya.
Menurut definisi Kimble (1961),  belajar berasal dari praktik yang diperkuat. Tetapi sekarang dimungkinkan untuk merevisi definisi belajar dari kimble sehingga definisi ini lebih netral dalam kaitannya dengan aspek penguatan.Belajar adalah perubahan perilaku atau potensi yang relative permanen yang berasal dari pengalam dan tidak bias di nisbahkan ke keadaan tubuh temporer seperti keadaan yang di sebabkan oleh sakit, keletihan atau obat-obatan.
Perilaku manusia terbentuk melalui proses belajar, belajar akan membantu kita memahami mengapa kita berperilaku seperti yang kita lakukan sekarang. Praktik pengasuhan anak juga dapat memanfaatkan prinsip belaja. Jelas setiap individu berbeda satu sama lain, perbedaan ini mungkin bisa di terangkan dalam pengalaman belajar yang berbeda. Ada juga hubungan antara belajar dengan praktik pendidikan, perinsip yang terungkap selama mengkaji proses belajar si laboraturium pada akhirnya akan dipakai dalam pengkajian di kelas.

BAB 2
PENDEKATAN UNTUK STUDI TENTANG BELAJAR

B
Anyak teoritisi belajar berpendapat bahwa belajar hanya diamati secara tak langsung melalui perubahan perubahan perilaku. Karenanya, saat kita mengkaji belajar, kita mengamati perilaku atau tindakan, dan berdasarkan pengamatan ini kita menyimpulkan tipe belajar tertentu yang telah terjadi atau yang tak terjadi.


STUDI SISTEMATIS TERHADAP BELAJAR
            Dimasa modern, bagian dari psikologi yang membahas proses belajar telah menjadi makin ilmiah (scientific).

Aspek-aspek teori
            Dalam dunia pengetahuan ilmiah, empirisme dan rasionalisme menyatu dalam scientific theory (teori ilmah). Teori ilmiah mengandung dua aspek penting, Pertama, sebuah teori memiliki aspek formal yang mencakup kata dan simbol yang ada didalam teori. Kedua, sebuah teori memiliki aspek empiris yang terdiri dari peristiwa-peristiwa fisik yang hendak dijelaskan oleh teori itu.

EKSPERIMEN BELAJAR
            Ulasan ringkas jalanya riset ke teori; Pertama,kita harus menjelaskan sebuah pokok persoalan , Ini biasanya berbentuk definisi umum tentang belajar atau deskripsi umum tentang fenomena yang dikaji. Kemudian kita berusaha menyebutkan kondisi-kondisi yang diperlukan agar fenomena itu terjadi.

1.      Aspek apa dari proses belajar yang harus diteliti?Aspek apa yang harus diteliti tentu saja sebagian ditentukan oleh teori tentang belajar yang dianut seseorang
2.      Teknik idiografi vs Nomotesis. Haruskah periset secara intensif mempelajari proses belajar dari data subjek eksperimental didalam beragam situasi
3.      Subjek manusia vs subjek hewan nonmanusia. Jika periset memilih menggunakan manusia sebagai peserta eksperimental, mereka pasti memikirkan bagaimana hasil riset dari laboratorium bisa digeneralisasikan kedunia.

BELAJAR DALAM LABORATORIUM VERSUS OBSERVASI NATURALISTIS
      Ingat bahwa ilmu pengetahuan berurusan dengan pernyataan-pernyataan yang diverifikasi melalui eksperimentasi. Berbeda dengan observasi naturalistis, dimana priset tidak punya kontrol atas hal-hal yang sedang diamati, sebuah eksprimen dapat didefinisikan sebagai observasi terkontrol.
           
P
Walaupun tujuan ilmu pengetahuan adalah untuk menemukan hukum-hukum (hubungan yang teramati antar kejadian), enelitian ilmiah tak cukup hanya dengan mengamati dan mencatat ratusan atau mungkinribuan hubungan empiris. Priset masih dapat melangkah lebih jauh lagi dengan mempostulatkan konsep motivasi yang lebih umum dan memasukan faktor psikologis dan fisiologis kita (yakni, kebutuhan untuk mencapai prestasi atau aktualisasi diri).
Karena teori hanya alat riset, ia tidak bisa dikatakan salah atau benar ia bisa dikatakan berguna atau tidak berguna. Jadi, kita melihat bahwa teori harus terus-menerus menghasilkan hipotesis dasar yang mungkin membuktikan bahwa teori itu tidak efektif.








BAB 3
GAGASAN AWAL TENTANG BELAJAR

ESTIMOLOGY DAN TEORI BELAJAR
Epistomology (Eistimology) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan hakikat pengetahuan. epistimolog mengajukan pentanyaan seperti apa pengetahuan?apa yang bisa kita ketahui?apa batas pengetahuan?apa arti dari tahu atau mengerti?darimana asal pengetahuan? Pertanyaan-pertanyaan ini sudah ada sejak masa Yunani kuno. Pandangan plato dan Aristoteles tentang hakikat pengetahuan telah memengaruhi kecenderungan filsafat yang masih bertahan sampai sekarang. Plato percaya bahwa pengetahuan adalahdiwariskan, dan karenanya, merupakan komponen natural dari pikiran manusia. Menurut palto , seorang mendapatkan pengetahuan dengan merenungi dari isi pikiran seseorang. Aristoteles sebaliknya, percaya bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman indrawi dan tidak diwariskan.
Filsafat Plato dan Aristoteles menunjukan kesulitan dalam penggunaan istilah filsafat umum seperti rasionalis, nativis, dan empiriris. Menurut Plato, pencarian, atau kesadaran, akan pengetahuan batin (dalam) sering dipicu oleh pengalaman indrawi.

PLATO
Menurut ahli filsafat Plato (427-347) adalah murid paling terkenal dari filsuf Socrates. Sebenarnya Socrates tidak pernah menulis apapun tentang filsafat nya ajaran yang ditulis oleh Plato. Menurut Plato, setiap objek di dunia objek memiliki "ide" atau "bentuk" abstrak yang menyebabkannya. Informasi indrawi hanya menghasilkan opini ide-ide abstrak itu sendiri adalah satu-satunya basis dari pengetahuan yang benar. Semua manusia memiliki jiwa. Sebelum dimasukan ke tubuh pada saat kelahiran, jiwa berada di dalam engetahuan yang lengkap dan murni. Jadi semua jiwa manusia mengetahui segala sesuatu sebelum masuk ke tubuh.


ARISTOTELES
Aristoteles (382-322), salah satu murid Plato, bahwa pada awalnya menganut ajaran Plato namun kemudian berbeda pendapat dengannya. Perbedaan dasar antara kedua pemikir itu adalah dalam sikap mereka terhadap informasi indrawi. Aristoteles berpendapat bahwa sumber pengetahuan adalah pengalaman indrawi maka dia disebut sebagai empiris, Aistoteles mmenyusun banyak fakta tentag fenomena fisik dan biologi.

AWAL PSIKOLOGI MODERN
Menurut ahli sains Rene Descrates (1596-1650) berusaha mengkaji semua penelitian semua filsafat dengan sikap ragu. Pekiran atau lingkungan fisik dapat memunculkan perilaku. Depkripsi gerak refleks ini berpengaruh besar terhadap psikologi. Descrates dapat dianggap sebagai pelopor psikolog stimulus respons. Pikiran adalah bebas dan hanya dimiliki manusia saja. Dalam menjelaskan cara kerja pikiran, Descrates bersandar pada innate ideas (ide bawaan), dan karenanya tampak ada pengaruh Plato dalam filsafatnya.

PENGARUH HISTORIS LAIN TERHADAP TEORI BELAJAR
Thomas Hobbes (1588-1679) menentang gagasan bahwa ide bawaan adalah sumber pengetahuan. Hobes percaya bahwa stimuli dapat membantu atau menghambat fungsi vital dari tubuh. Hobes percaya bahwa pembentukan masyarakat manusia adalah hal terbaik dari dua hal yang sama-sama buruk sebab ia mereduksi kemungkinan perkaitas terus menerus antara sesama manusia. Pendapat ini mirip dengan yang dianut oleh Freud bertahun-tahun kemudian.

            Charles darwin (1809-1882) mendukung gagasan evolusi biologis dengan menyajikan banyak bukti, sehingga pandanganya dikaji secara serius.

MAZHAB PSIKOLOGI AWAL
Voluntarisme
Mazhab psikologi pertama adalah voluntarism (voluntarisme), dan aliran ini didirikan oleh Wilhelm Maximimillian Wund (1832-1920), yang mengikuti tradisi rasionalis Jerman. Tujuan Wundt adalah mempelajari kesadaran sebagaimana ia dialami secara langsung dan mempelajari produk dari kesadaaran seperti berbagai pencapaian kultural.

Struktualisme
Ketika aspek dari voluntarisme Wund ditransferoleh murid-muridnya ke amerika serikat, aspek aspek itu dimodifiksi secara signifikan dan menjadi aliran structualism.
Edward Titchner (1867-1927) mendirikan mazhab strukturalisme di Cornell University. Strukturalisme, seperti aspek eksperimental dari voluntarisme Wundt, melakukan studi sistematis atas keadaan manusia juga ia juga mencari unsur-unsur pemikiran. Voluntarisme dan strukturalisme sama-sama mencari elemen-elemen pikiran. Struktural berusaha menggunakan metode ilmu pengetahuan untuk menyokong keyakinan filsafat lama. Artinya, ide-ide sederhana dikombinasikan ke dalam ide kompleks melalui hukum asosiasi.
Fungsionalisme juga muncul di AS dan pada awalnya berdampingan dengan strukturalisme. Kontribusi utama fungsionalisme untuk teori belajar adalah bahwa mereka mempelajari hubungan kesadaran dengan lingkungan, bukan menyadarinya sebagai fenomena tersendiri.
Pendiri liran behaviorism (behaviorisme) adalah John B. Watson (1878-1958), yang mengatakan bahwa kesadaran hanya dapat dipelajari melalui proses intropeksi, sebuah alat riset yang tidak bisa diandalkan. Tidak ada lagi intropeksi, tak ada lagi pembicaraan soal perilaku naluriah, dan tak ada lagi usaha mempelajari kesadaran manusia atau pikiran bawah sadar. Perilaku adalah apa yang dapat kita lihat dan karenanya perilaku adalah apa yang kita pelajari.
BAB 5
BURHUSS FREDERIC SKINNER


Konsep teoritis utama
Behaviorisme Radikal
Perilaku responden
Pengkondisian tipe S dan tipe R
Prinsip pengkondisian operan
Kotak skinner
Pencatatan kumulatif
Pengkondisian respons penekann tuas
Pembentukan
Pelenyapan
Pemulihan spontan
Perilaku tkhayul                                                          Relativitas penguatan
Operan diskriminatif               david premack
Penguatan sekunderrevisi prinsip premack
Penguatan yang digeneralisasikan                              william timberlatte
Perantaian                                                                  
Penuatan positif dan negatif                                 Kesalahan perilaku organisme
Hukuman                                                                                                         
Alternatif utuk hukuman                    pandangan skinner tentang pendidikan
Perbandingan skinner dan an thorndike              
Jadwal penguatan
Perilaku verbal
Kontrak kontingensi
Sikap skinner terhadap teori belajar
Kebutuhan akan teknologi perilaku.












S
kkiner 1940-1990 lahir di susquehanna, pennsylvania. Dia meraih gelar master pada1930 dan Ph,D. Pada 1931 dari harvard university. Gelar B.A> diperoleh dari hamilton college, new york, dimana dia mengambil jurusan sastra bahassa inggris. Saat di hamilon, skinner makan siang bersama robert frost, seorang penyair besar amerika, yang mendorong skinner lalu memutuskan menjadi penulis. Keputusan ini ternyata mengecewakan ayahnya, seorang pengacara, yang berhrap putranya menjadi seorang pengacara.
Usaha skinner untuk menjadi penulis banyak gagal sehingga dia mulai berfikir menjadi psikiater. Dia akhirnya bekerja di industri batu bara sebagai penulis dokumen hukum. Buku pertamanya, yang di tulis bersama ayahnya,berisi soal-soal dokumen hukum dan diberi judul A Digest of decisions of the anthracite board of conciliation. Setelah menyelesaikan buku ini skinner pindah ke greenwichvillage di new york city, dimana dia hidup seperti bohemian (seniman nyentrik) selama enam bulan sebelum masuk Harvard untuk mempelajari psikolog. Pada saat itu dia sudah tidak suka dunia tulisan sastra. Dalam autobiografinya (1967), dia mengatakan “saya gagal menjadi penulis karena saya tidak punya sesuatu yang penting untuk dikatakan, namun saya tidak bisa menerima penjelasan ini. Rasanya kesusastraan itulah yang salah’ (h. 395). Saat dia gagal mendeskripsikan prilaku manusia lewat sastra, skinner berusaha mendeskripsikan prilaku manusia melalui ilmu pengetahuan. Jelas, dia lebih sukses dibidang pengetahuan ini.selama bertahun-tahun skinner adalah penulis yang prolifik. Salah satu perhatian utamanya adalah menghubungkan temuan laboratoriumnya dengan solusi problem manusia.

KONSEP TEORITIS UTAMA
Behaviorisme Radikal
Skinner mengadopsi dan mengembangkan filsafat ilmiah yang dikenal sebagai radicalbehaviorism (behaviorisme radikal). Orientasi ilmiah ini menolak bahasa ilmiah dan interpretasi ilmiah yang mengacu pada mentalistic event (kejadian mental). Sepetri telah kita bahas,beberapa teoritisi belajar behavioristik menggunakan istilah dorongan,motivasi, dan tujuan, untuk menjelaskan aspek tertentu dari prilaku manusia dan nonmanusia. Skinner menolak jenis istilah ini karena istilah itu merujuk pada pengalaman mental yang bersifat pribadi, dan menurutnya menyebabkan psikologi kembali kebentuk non-ilmiah. Menurut skinner, aspek yang dapat di amati dan diukur dari lingkungan, dari prilaku organisme, dan dari konsekuensi prilaku itulah yang merupakan materi penting untuk penelitian ilmiah. Rigen (1990)menulis bahwa, skinner berpendapat bahwa sain atau ilmu pengetahuan adalah soal pencarian sebab-sebab, bahwa identifikasi sebab-sebab akan memungkinkan dilakukan prediksi dan kontrol, dan bahwa penelitian eksperimental, yang dilakukan dengan benar, akan bisa mengidentifikasi sebab-sebab itu.





Prilaku Responden dan Operan
Skinner membedakan dua jenis prilaku: respondent behavior (prilaku respondent), yang ditimbulkan oleh stimulus yang dikenali, dan operant behavior (prilaku operan), yang tidak diakibatkan oleh stimulus yang dikenal tetapi dilakukan sendiri oleh organisme.

Pengkondisian Tipe S dan Tipe R
Bersama dengan dua macam prilaku tersebut, ada dua jenis pengkondisian. Pengkondisian Tipe S juga dinamakan respondent connditioning (pengkondissian responden) dan identik dengan pengkondisian klasik). Ia disebut pengondisian Tipe S karen amenekankan arti penting stimulus dalam menimbulkan respon yang diinginkan. Tipe kondisi yang menyangkut prilaku opran dinamakan Tipe R karena penekanannya adalah pada respond. Pengkondisian Tipe R juga dinamakan operant conditioning (pengkondisian operan).
Dalam pengkondisian operan, penekanannya adalah pada prilaku dan konsekuensinya; dengan pengkondisian opran, organisme pasti merespon dengan cara tertentu untuk memproduksi stimulus yang menguatkan. Proses ini juga merupakan contoh dari contigent reintforcement (penguatan kontigen), sebab usaha mendapatkan pengatan adalah kontigan (tergantung) pada organisme yang mengeluarkan respon tertentu. Kita akan membahas lebih lanjut penguatan kontigen inii dalam pembahassan perilaku takhyul.
Prinsip yang sama juga bisa diaplikasikan untuk pengembangan personalitas (kepribadian) manusia. Menurut skinner, diri kita adalah diri yang diperkuat pada satu saat tertentu. Apa yang kita sebut personalitas tak lain adalah pola prilaku yang konsisten yang meringkas sejarah penguatan dalam diri kita. Kita belajar bicara bahassa inggris, misalnya, karena kita sudah diperkuat untuk bicara bahasa inggris sejak dini dilingkungan rumah kita.


Kotak Skinner
Sebagian besarpercobaan binatang skinner awal dilakukan dalam ruang tes kecil yang dilakukan dalam ruang tes kecil yang kemudian terkenal sebagai Skinner box (kotak skinner). Kotak ini adalah pengembangan dari kotak teka teki yang dipakai oleh Thorndike. Kotak skinner biasanya menggunakan lantai berkisi-kisi, cahaya, tuas/pengungkit, dan cangkir makanan. Ketika hewan menekan tuas, mekanisme pemberian makanan akan aktif, dan secuil makanan akan jatuh ke cangkir makanan.


Pencatatan Komulatif
Skinner menggunakan comulative recording (pencatatan komulatif) untuk mencatatprilaku hewan dalam kotak skinner. Catatan komulatif ini berbeda dengan catatan penyusunangrafik data dalam eksperimen belajar.





Pengkondisian Respons  Penekanan-Tuas
Biasanya, pengkondisian respon penekanan-tuas menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Deprivasi. Hewan percobaan diletakan dalam jadwal deprivasi. Jika makanan akan dipakai sebagai penguat (reinforce), hewan itu tidak diberi makan selama 23 jam selama beberapa hari sebelum percobaan, atau dia beri jatah makan 80 persen dari normal. Jika yang dipakai sebagai penguat adalah air minum, maka hewan tidak diberi minum selama 23 jam selama beberapa hari sebelum percobaan.
2.      Magazine training. Setelah menjalani jadwal deprivasi selama beberapa hari, hewan diletakn di kotak skinner. Dalam magazine training, eksperimenter menggunakan tombol eksternal dan secara periodik menarik mekanisme pemberian makanan (yang juga dinamakan magazine), dan memasstikan hewan itu tidak dekat-dekat dengan cangkir makanan saat eksperimenter menekan tombol (sebab jika tidak hewan itu akan belajar untuk tetap dekat-dekat dengan cangkir makan)
3.      Penekanan tuas. Sekarang hewan dibiarkan sendiri dikotak skinner. Pada akhirnya, hewan itu akan menekan tuas, yang akan mengktifkan magazine makana, akan menimbulkan bunyi klik dan memberi signal hewan hewan itu untuk mendekati cangkir makanan.

Hukuman
Punishment (hukuman) terjadi ketika suatu respons menghilangkan sesuatu yang positif dari situasi atau menabahkan sesuatu yang negatif. Dalam bahasa sehari-hari kita dapat mengatakan bahwa hukuman adalah mencegah pemberian sesuatu yang diharapkan organisme, atau memberikan organisme sesuatu yang diinginkannya. Dalam masing-masing kasus, hasil dari responnya akan menurunkan probabilitas terulangnya respons itu secara temporer. Skinner dan Thorndike memiliki pendapat yang sama dalam efektivitas hukuman: hukuman tidakmenurunkan probabilitas resppons. Walaupun hukuman bisa menekan suatu respons selama hukuman itu ditetapkan, namun hukuman tidak melemahkan kebiasan.

Perbandingan Skinner dan Thorndike
Meskipun skinner dan Thorndike punya kesamaan pendapat dalam sejumblah isu penting seperti kontrol prilaku oleh stimuli dilingkungan dan ketidakefektifan hukuman, namun ada perbedaan penting pula diantara mereka. Misalnya, variabel terkait dalam ekperimen belajar Thorndike (ukuan sejauh mana belajar terjadi) adalah waktu untuk solusi.




Prilaku Verbal
Skinner percaya bahwa prilaku verbal (bahasa) dapa diperjelas dalam konteks teori penguatan. Bicara dan mendengar adalah respons-respons yang dipengaruhi oleh penguatan, seperti halnya respons lainnya. Karenanya, setiap ucapan akan cenderungdiulang jika ia diperkuat.

Kontrak Kontingensi
Contigency contracting (kontrak kontingensi) adalah perluasanpemikiran skinnerian. Ringkasannya, ini berarti menyusun semacam tata-situasi dimana seorang mendapat sesuatu yang diinginkannya apabila orang itu bertindak dalam cara tertentu.

Sikap Skinner Terhadap Teori Belajar
Skinner percaya bahwa adalah tak perlu kita memutuskan teori yang rumit untuk mempelajari prilaku manusia, dan dia percaya bahwa kita tak perlu tau koreasi fisiologis dari prilaku. Dia percaya bahwa kejadian behavioral harusdideskripsikan dalam term hal-hal yang langsung mempengaruhi prilaku dan adalah tidaklogis jika kita berusaha untuk menjelaskan prilaku dalam term kejadian fisiologis. Karena alasan ini, metode riset skinner disebut “pendekatan organisme kosong”.
Skinner juga berpendapat bahwa teori belajar yang kompleks, seperti teori hull adalah membuang-buang waktu dan sia-sia.

KESALAHAN PERILAKU PADA ORGANISME
Dibab yang lalu kita melihat bahwa Thorndike menyimpulkan bahwa hukum belajar yang sama berlaku untuk semua mamalia, termasuk manusia. Skinner , seperti teoritisi belajar lainya, sepakat dengan teori Thorndike. Setelah mengamati bagaimana spesies hewan yang berbeda-beda melakukan aktifitas dalam jadwal penguatan tertentu, Skinner (1956) memberi komentar, “Burung dara,tikus, monyet? Yang mana saja. Tentu saja, spesies-spesies ini memiliki perilaku yang berbeda sebagaimana anatomi mereka juga juga. Tetapi setelah Anda membiarkan perbedaan ini  berlangsung dalam kontak mereka dengan lingkungan, dan dalam tindakan mereka terhadap lingkungan, maka anda akan melihat perilaku menunjukan properti yang mirip” (h. 230-231). Skinner kemudian mengatakan bahwa kita juga bisa mengatakan aktivitas curut, kucing, anjing,dan manusia memiliki karakteristik yang mirip-mirip satu sama lain.




PANDANGAN SKINNER TENTANG PENDIDIKAN
Skinner, seperti Thorndike, sangat tertarik untuk mengaplikasikan teori belajarnya ke proses pendidikan. Menurut Skinner, belajar akan berlangsung sangat efektif apabila:
(1)informasi yang akan dipelajari disajikan secara bertahap; (2)pembelajar segera diberi umpan balik (feedback) mengenai akurasi pembelajaran mereka (yakni, setelah belajar mereka segera diberi tahu apakah mereka sudh memahami informasi dengan benar atau tidak); dan (3)pembelajar mampu belajar dengan caranya sendiri.

EVALUASI TEORI SKINNER
Kontribusi
program riset Skinner yang panjang dan produktif jelas amat berpengaruh terhadap psikologi ilniah murni maupun terapan. Dibandingkan dengan banyak karya priset lainya,sistem Skinner cukup langsung dan dapat dengan mudah diaplikasikan berbagai problem mulai dari pelatihan hewan sampai terapi modifikasi perilaku manusia. Pada satu titik ekstrim, karyanya menimbulkan hukum kesesuaian dan berdampak tak langsung pada riset terhadap pembuatan keputusan behavioral.
BAB 9
William Kaye Estes
Konsep Teoritis Utama
Generalisasi
Pelenyapan
Pemulihan spontan
Percobaan probabilitas

Metode Belajar Marcov Menurut Estes
Estes dan Psikologi Kognitif
Model array kognitif: klasifikasi dan kategorisasi
Belajar untuk Belajar
Status Terkini Model Matematik untuk Belajar
Evaluasi Teori Estes
Kontribusi
Kritik

S

Alah satu tren masa kini dalam teori belajar adalah menjauhi teori yang luas dan komprehensif dan menuju ke sistem yang lebih kecil. Para periset memfokuskan diri pada suatu area yang mereka amati dan mengeksprolasinya secara menyeluruh. Keluasan akan mengorbankan kedalama. Contoh dari tren ini adalah aa yang dosebutsebagai teoritisi belajar sstatistik, yang berusaha membangun minisistem yang kukuh untuk meneliti sederetan fenomena belajar. Yang paling berpengaruh, dan salah satu yang paling awal, adalah Estes (1950). Estes, lahir pada 1919, mengawali karir profesionalnya di university of Indiana. Dia pindah ke Stanford University dan kemudian ke Rockefeller University, dan mengakhiri karirnya di harvard dimana dia mendapat gelar profesor emeritus. Pada 1997 oleh Estes dianugrahi mendali of Science, yang merupakan penghargaan tertinggi yang diberikan oleh national science Foundation. Penghargaan itu diberikan berkat jasanya “bagi teori kognisi dan belajar fundamental yang mengubah bidang psikologi ekperimental yang memicu perkembangan ilmu kognitif kuantitatif. Metode modeling kuantitatif dan penekanannya pada ketetapan dan ketelitian telah menjadi standar bagi ilmu psikologi modern”
di bab 5 kita telah mengemukakan beberapa riset tentang hukuman yang dilakukan Estes saat dia masih menajdai mahasiswanya skinner di University of Minnesota. Tetapi, Estes terkenal karena teori belajar statistiknya. Teori guthrie keliatannya cukup sederhana: respon nya menjadi terkait dengan stimuli dalam satu percobaan saja. Berikut ini asumsi yang dibuat oleh Estes:
Asumsi I. Situsi belajar terdiri dari banyak elemen stimulus dalam jumblah tertentu. Elemen-elemen ini terdiri dari banyak hal yang dialami pembelajaran pada awal oercobaan belajar. Stimuli-stimuli itu bisa mencangkup kejadian ekperimental seperti cahaya, suara berisik, materi verbal yang disajikan dalam drum memory, palang dan kotak skinner, jalur T. Stimuli itu juga bisa stimuli yang dapat di ubah atau stimuli sementara seperti prilaku eksperimenter, suhu, suara tambahan didalam dan di luar ruangan, dan kondisi didalam diri subjek eksperimen seperti keletihan atau sakit kepala.
Asumsi II. Semua respon yang diberikan dalam ekperimental dapat digolongkan menjadi dua kategori. Jika responnya adalah yang dicari oleh ekperimenter (seperti keluarnya air liur, mata berkedip, menekan kepala, berbelok ke kanan di jalur T, atau melafalkan suku kata yang tak bermkna dengan benar), ia dinamakan respon A1
Asumsi III.Semua elemen di S diletakan dengan A1 atau A2. Sekali lagi, ini adalah situasi all-or-nothing: semua unsur stimulus dalam S adalah dikondisikan ke respons yang di inginkan atau benar (A1) atau ke respon yang tidak relevan atau keliru (A2).
Asumsi IV. Pembelajar terbatas terbatas kemampuannya dalam mengalami S. Pembelajar mengalami hanya sebagian dari stimuli yang tersedia pada setiap percobaan belajar, dan besarnya sampel diasumsikan tetap konstan disepanjang eksperimen.
Asumsi V. Percobaan belajar berakhir ketika respons terjadi: jika respons A1 menghentikan percobaan, element stimulus dalam ɵ dikondisikan ke respons A1. Seperti Guthrie, Estesmenerima penjelasan belajar kontiguitas. Ketika respon A1 muncul. Akan terbentuk asosiasi antar respons itu dengan stimuli yang mendahuluinya.
Asumsi VI. Karena elemen di ɵ dikembalikan ke S pada akhir percobaan, dan karena ɵ yang dijadikan sempel pada awal percobaan belajar pada dasarnya adalah acak, proporsi elemen yang dikondisikan ke A1 dalam S akan tercermin didalam ɵ pada awal setiap percobaan baru.

Dengan menggunakan asumsi-asumsi diatas, kita dapat menurunkan pernyataan matematika tang meringkaskan proses belajar seperti dikemukakan oleh Estes:

1.      Probabilitas respon A1 pada setiap ooercobaan () adalah sama dengan proporsi elemen yang dikondisikan ke A1 pada percobaan itu ()                                                     =
2.      Dari asumsi II dan III, semua elemen adalah elemen A1 (dengan probabilitas p) atau elemen A2 (dengan probabilitas q). Dan, ni adalah 100% elemen dalam situasi itu, sehingga         p+q=1,00                                                                                                  p=1,00-q
3.      Dari asumsi V, elemen yang tak dikondisikan ke A1 pada setiap percobaan n direfleksikan dalam q) pasti merupakan elemen yang tidak di prakondisikan ke A1 sebelium percobaan pertama dan yang tidak dikondisikan pada A1 pada percobaan sebelumnya. Pada setiap percobaan n, probabilitas elemen itu tidak diprakondisikan pada perconaan satu adalah (1-). Demikian pula pada setiap percobaan n, probabilitas elemen tidak dikondisikan ke A1 pada percobaan sebelumnya adalah (1-ɵ). Probabilitas dua kejadiian itu akan terjadi bersamaan (yakni, probabilitas bahwa satu elemen tidak diprakondisikan dan belum dikondisikan) adalah hasil matematis dari probabilitas pada individunya. Jadi,      q=(1-)(1-ɵ).
4.      Dengan subtitusi dari 3, kita mendapatkan:                                                                                 =1-(1-)(1-ɵ).
Bagaimana teori Estes menggantikan performa (kinerja) dengan training? Contoh berikut ini mungkin membantu. Misalnya, kita punya dua pembelajar, yang satu mulai dengan =0 dan yang satunya ɵ=0,05. Yang kedua juga memulai =0 tetapi mampu mengambil stimuli lebih banyak dalam lingkungan belajar. Untuk pembelajaran kedua, ɵ=0,20
Untuk pembelajaran pertama,                                                                                                                                  pada percobaan 1, =1-(1) =0                                                                              pada percobaan 2, =1-(1) =0,05                                                                         pada percobaan 3, =1-(1) =0,10
Dan performa pendekatan 100% (=1,00) setelah sekitar 105 percobaan, dengan asumsi setiap percobaan berhenti dalam respon A1.





Generalisasi
Generalisasi dari situasi belajar awal ke situasi belajar lainnya dapat dengan mudah dijelaskan dengan teori sampling stimulus. Estes menggunakan pendapat soal transfer yang sama dangan pendapat Thorndike dan ghuthrie. Yakni, transfer terjadi pada seanjang dua situasi memiliki elemen stimulus yang sama.jika banyak dari elemen sebelumnya dikondisikan ke respon A1 ada didalam situasi belajar yang baru, probabilitas respons A1 kan muncul dalam situasi baru itu akan cukup tinggi.


Pelenyapan
Estes menjelaskan proses pelenyapan dangan cara yang paada dasarnya sama dengan yang dilakukan Guthrie. Karena dalam suatu pelenyapan suatu percobaanbiasanya diakhri setelah subjek melakukan sesuatu selain A1, elemen stimulis yang sebelumnya dikondisikan ke A1 pelan-pelan akan kembali lagi ke A2.

Pemulihan Spontan
Seperti telah dikemukakan di bab 7, pemulihan spontan adalah munculnya kembali respon yang dikondisikan setelah respons itu mmengalami pelenyapan. Untuk menjelaaskan pemulihan spotan, Estes memperluas sedikit penjelasannya mengenai S. Sebagaimana telah dikemukakan di awal, S didefinisiskan menjadi jumblah total dari elemen stimulus yang hadir pada awal percobaan dalam eksperimen belajar.

Pencocokan Probabilitas
Selama bertahun-tahun para behavioris dibingungkan oleh teka-teki fenomena probability maching (pencocokan probabilitas). Eksperimen pencocokan probabilitas profesional adalah dengan menggunakan signal cahaya yang diikuti dengan satu atau dua cahaya lainya. Ketika signal cahaya menyala, subyek percobaan menduga cahaya mana dari dua cahaya lain yang akan muncul.

MODEL BELAJAR MARCOV MENURUT ESTES
Semua teori belajar statistika bersifat probabilistik: yakni, variabel bebas yang mereka study adalah probabilitas respons. Tetapi, ada perbedaan opini mengenai apa sifat dari belajar yang ditunjukan oleh perubahan probabilitas respons ini kepada kita. Perdebatan klasiknya adalah soal apakah belajar itu gradual atau langsung lengkap dalam satukali percobaan. Thorndike berpendapat bahwa belajar adalah bertahap dan ertambah sedikit demi sedikit dari satu percobaan ke percobaan selnjutnya. Hull dan Skinner sepakat dengan Thorndike.
Teori sampling stimulus Estes menerima sudut pandang inkremental (gradual) maupun all-or-none tentang proses belajar.




ESTES DAN PSIKOLOGI KOGNITIF

Meskipun Estes seorang teoritisi kontiguitas, namun di tahun-tahun belakangan ini dia belakangan dia lebih menekankan pada mekanisme kognitif dalam analisisnya terhadap belajar (lihat, misalnya, Estes 1969a, 1969b,1971, 1972, 1973, 1978). Seperti yang telah kita lihat,analisis awalnya mengikuti pendaopat Guthrie dengan mengasumsikan bahwa apapun stimuli yang ada pada saat terminasi suatu percobaan belajar akan diasosiasikan dengan respon yang menghentikan percobaan itu. Baik Guthrie maupun Estes memandang belajar sebagai asosiasi kejadian yang terjadi bersamaan secara mekanis dan otomatis, pada intinya, organisme, termasuk manusia, dianggap sebagai mesin yang dapat merasakan, mencatat, dan merespons. Walaupun masih bersifat mekanistis, analisis Estes ysng lebih belakangan lebih kompleks karena Ia mempertimbangkan pula pengaruh dari peristiwa kognitif.

Model Array Kognitif: Klasifikasi dan Kategorisasi

                        Estes memandang teori sampling stimulus (SST) sebagai perluasan matematis dari teori transfer elemen identik Thorndike. Yakni, teori itudikembangkan untuk membuat predksi untuk membantu kita menghadapi problem sekarang atau mengantisipasi masa depan.
BELAJAR UNTUK BELAJAR
           
                        Kontoversi mengenai pendapat belajar inkremental versus all-or-none (terkadang disebut continuity-noncontinuity controversy)masih ada dan kemungkinan akan terus berlangsung sampai beberapa waktu kedepan. Seperti halnyadengan pandangan paling ekstrem lainya, kebenaran mungkin akan ditemukan diantara kdua pendapat itu. Contoh yang tampaknya memuaskan bagi kedua pedapat yang berseteru iu adalah pendapat awla Estes bahwa, debgan lingkungan belajar yang kompeks, proses belajar langsung dengan cara sekaligus atau tidak sama sekali (all-or none), hanya saja ia berjalan demi sedikit pada satu waktu.

                        Tampak bahwa hewan itu learning to learn (belajar untuk belajar) atau membentuk apa yang harlow ddi sebut learning set.

STATUS TERKINI MODEL MATEMATIKA UNTUK BELAJAR
                        Walaupun kita telah meminimalkan kajian matematis dalam pembahasan tentang Estes dibab ini, pendekatan Estes sesungguhnya sering disebut sebagai model matematika untuk belajar sebab dia berusaha menunjukan bagaimana proses belajar dapat dideskripsikan dalam term rumus matematika. Model matematika ini relatif baru dalam psikologi. Para psikolog ingin ilmiah, dan bahasa sains ilmiah adalah matematika.

KRITIK
                        Ada sejumlah kritik yang ditunjukan ke teori Estes. Pertama, dan yang paling sering dilihat oleh mahasiswa teori belajar, adalah berkenaan dengan cakupan teori yang amat sangat terbatas. Teori-teori awal membangun struktur yang mungkin bisa menjelaskan mekanisme yang mendasari proses belajar dan diperluas ke praktik pendidikan. Bahka teori pavlov berkembang melampaui teori respons reflektif dan membahas berbagai fenomena kompleks
BAB 12
EDWARD CHACE TOLMAN

Perilaku Moral
Behaviorisme Puposif
Penggunaan Tikus
Konsep Teoritis Utama
Apa yang Dipelajari?
Konfirmasi versus Penguatan
Vicarious Trial and Error
Belajar versus Performa
Belajar Laten
Belajar Ruang versus Belajar Respons
Ekspektasi Penguatan
Aspek Formal Teori Tolman
Variabel Lingkungan
Variabel Perbedaan Individual
Variabe Intervening
Formalisasi MacCorquodale dan Meehl Atas Teori Tolman
Enam Jenis Belajar
Cathexes
Keyakinan Ekuivalensi
Ekspetasi Medan
Mode Medan-Kognisi
Diskriminasi Dorongan
Pola Motor
Sikap Tolman Terhadap Teorinya Sendiri
Pendapat Tolman tentang Pendidikan
Evaluasi Teori Tolman
Kontribusi
Kritik
Tolman (1886-1959) lahir di Newton, Massachusetts, dan meraih gelar B.S dari Massachusetts Institute of Technology di bidang elektrokimia pada 1911. Gelar M.A (1912) dan Ph.D (1915) diperoleh dari Harvard University untuk bidang psikologi. Dia mengajar di Northwestern University dari 1915 sampai 1918, saat dia dikeluarkan karena “kurang sukses dalam mengajar” ; tetapi kemungkinan dia dikeluarkan karena sikap pasifismenya selama masa perang. Dari Northwestern dia pindah ke University of California dan tetap disana sampai pensiun. Tetapi, masa-masa di California sempat terputus saat dia dipecat karena menolak menandatangani sumpah kesetiaan. Dia memimpin perjuangan melawan sumpah loyalitas yang dianggapnya melanggar kebebasan akademik. Profesor ini akhirnya diterima kembali setelah dia memenangkan kasus ini di pengadilan.
PERILAKU MORAL
                Karakteristik utama moral behavior (perilaku moral) adalah perilaku itu purposif (memiliki tujuan); yakni, ia selalu diarahkan untuk suatu tujuan. Mungkin pembaca kini bisa memahami lebih baik judul karya Tolman Purposive Behavior in Animals and Men (1932). Tolman tak pernah berpendapat bahwa perilaku dapat dibagi-bagi menjadi unit-unit kecil untuk tujuan studi; dia menganggap bahwa seluruh pola perilaku memiliki makna, yang akan bilang jika diteliti dari sudut pandang elemetastik.
BEHAVIORISME PURPOSIF
                Teori Tolman disebut sebagai purposive behaviorism (behaviorisme purposif) sebab ia berusaha menjelaskan perilaku yang diarahkan untuk mendapatkan tujuan, atau purposive behavior ( perilaku purposif atau bertujuan). Perlu ditekankan bahwa Tolman menggunakan istilah purposive sebagai deskripsi saja.
KONSEP TEORETIS UTAMA
                Tolman memperkenalkan penggunaan variabel intervening (penyela) ke dalam riset psikologi dan Hull meminjam ide ini dari Tolman. Hull dan Tolman menggunakan variabel intervening dengan cara yang sama. Tetapi, Hull mengembangkan teori belajar yang lebih luas dan komprehensif ketimbang Tolman.
APA YANG DIPELAJARI?
                Behavioris, seperti Pavlov, Watson, Guthrie, dan Hull, mengatakan bahwa asosiasi stimulus-respons adalah dipelajari dan proses belajar yang kompleks melibatkan hubungan S-R yang komplek pula. Tetapi, Tolman memulai dari teori Gestalt dengan mengatakan bahwa belajar pada dasarnya adalah proses menemukan hal-hal tertentu dalam lingkungan. Organisme, melalui eksplorasi, menemukan bahwa kejadian tertentu akan menimbulkan kejadian lain atau satu isyarat akan menghasilkan isyarat lain.
KONFIRMASI VERSUS PENGUATAN
                Senada dengan Guthrie, Tolman menganggap konsep penguatan tidak penting sebagai variabel belajar, tetapi ada kemiripan antara apa yang dinamakan Tolman sebagi konfirmasi dengan apa yang oleh behavioris dinamakan penguatan. Selama pengembangan peta kognitif, ekspektasi dipakai oleh organisme. Ekspektasi adalah perkiraan tentang apa yang akan muncul.
BELAJAR VERSUS PERFORMA
                Dalam teori terakhir Hull, jumlah percobaan yang diperkuat adalah satu-satunya variabel belajar; variabel lain dalam sistemnya adalah variabel performa. Performa dapat dianggap sebagai penerjemahan belajar ke perilaku. Perbedaan antara belajar dan performa ini penting bagi Hull, dan lebih penting lagi bagi Tolman.
                Ringkasan dari poin-poin diatas adalah:
1.       Organisme membawa berbagai macam hipotesis ke situasi pemecahan masalah, dan ia mungkin akan menggunakannya untuk memecahkan masalah. Hipotesis ini sebagian besar didasarkan pada pengalaman sebelumnya, tetapi Tolman percaya bahwa beberapa strategi pemecahan masalah mungkin bersifat bawaan.
2.       Hipotesis yang bertahan adalah hipotesis yang berhubungan paling baik dengan kenyataan, yakni hipotesis yang menghasilkan pencapaian tujuan.
3.       Setelah beberapa waktu akan berkembang peta kognitif, dan ia bisa dipakai dalam kondisi yang lain.
4.       Ketika ada beberapa permintaan atau motif yang harus dipenuhi, organisme akan menggunakan informasi dalam peta kognitifnya. Fakta bahwa informasi dapat eksis tetapi hanya dipakai dalam kondisi tertentu adalah basis untuk membedakan antara belajar dan performa.
BELAJAR LATEN
                Belajar Laten adalah belajar yang tidak diterjemahkan ke dalam performa atau kinerja. Dengan kata lain, adalah mungkin hasil belajar akan tetap disimpan dalam jangka waktu yang lama sebelum ia dimunculkan dalam bentuk perilaku. Konsep belajar laten sangat penting bagi Tolman, dan dia menganggap dirinya telah berhasil menunjukan eksistensinya.
                Pelenyapan Laten. Teoritisi penguatan seperti Pavlov, Hull, dan Skinner memandang pelenyapan sebagai sebuah proses aktif. Menurut mereka, agar terjadi pelenyapan, respons yang telah diperkuat sebelumnya harus diberikan tetapi tidak diperkuat. Dalam situsasi ini tingkat atau besaran respons yang diperkuat sebelumnya akan kembali ke level sebelum ia diperkuat. Tetapi menurut Tolman, belajar terjadi melalui observasi dan bebas dari penguatan.
BELAJAR RUANG VERSUS BELAJAR RESPONS
                Tolman berpendapat bahwa hewan belajar dimana sesuatu itu berada, sedangkan teoritisi S-R berpendapat bahwa hewan mempelajari respons spesifik dan stimuli spesifik. Tolman dan rekannya melakukan serangkaian percobaan yang dirancang untuk mengetahui apakah hewan adalah pembelajar ruang, seperti dikatakan Tolman ataukah pembelajar repons, seperti dikatakan teoritisi S-R.
EKSPEKTASI PENGUATAN
                Istilah memahami (understanding) tidak asing bagi Tolman dan bagi behavioris lainnya. Dalam situasi pemecahan masalah, kita belajar dimana letak tujuannya, dan kita sampai kesana dengan mengikuti rute paling pendek. Kita belajar memperkirakan kejadian tertentu akan muncul mengikuti kejadian lainnya. Hewan memperkirakan bahwa jika ia pergi ke suatu tempat, ia akan menemukan penguat tertentu.
VARIABEL LINGKUNGAN
                Tolman memandang ∑OBO sebagai variabel bebas karena ia berpengaruh langsung terhadap variabel terikat (yakni, rasio perliaku), dan ia di dalam kontrol eksperimenter yang menetukan jumlah percobaan latihan. Selain ∑OBO, sejumlah variabel bebas lainnya dapat memengaruhi performa. Tolman menunjukkan daftar berikut ini:
M = Jadwal pemeliharaan. Simbol ini mengacu pada jadwal deprivasi hewan, mislanya, jumlah jam  sejak ia makan.
G = Ketetapan objek tujuan. Penguat harus terkait dengan keaadan dorongan hewan saat ini.
S = Tipe dan Mode stimuli yang disediakan. Simbol ini merujuk pada kemenonjolan sinyal atau petunjuk yang tersedia bagi hewan dalam situasi belajar.
R = Tipe Respons motorik yang diperlukan dalam situasi belajar.
P = Pola sebelum dan sesudah unit jalur teka teki, pola tindakan yang perlu dilakukan untuk memecahkan teka teki seperti yang ditetapkan oleh eksperimenter.
∑OBO = Jumlah percobaan dan sifat kumulatifnya.
FORMALISASI MACCORQUODALE DAN MEEHL ATAS TEORI TOLMAN
                Maccorquodale dan Meehl (1953) berusaha melakukan formalisasi teori Tolman seperti yang dilakukan Voeks terhadap teori Guthrie. Mereka berusaha untuk membuat istilah Tolman menjadi lebih persis dan konsepnya lebih mudah diuji.
ENAM JENIS BELAJAR
1.       Cathexes
2.       Keyakinan Ekuivalensi
3.       Ekspektasi Medan
4.       Mode Medan-Kognisi
5.       Diskriminasi Dorongan
6.       Pola Motor
SIKAP TOLMAN TERHADAP TEORINYA SENDIRI
                “Saya akan memulai dengan mengeluarkan unek-unek. Jika apa yang disampaikan dalam buku ini tidak jelas, saya sudah menyiapkan setengah lusin dalih. Pertama, saya kira masa keemasan sistem agung yang mencakup segala hal dibidang psikologi, seperti yang pernah saya lakukan, kini sudah berlalu. Kedua, Saya tidak suka berpikir terlalu analitis. Ketiga, saya secara personal merasa antipati terhadap gagasan kemajuan sains melalui analisis yang mendalam dan penuh kesadaran tentang apa yang mesti dilakuakan orang dan kemana orang itu harus melangkah. Keempat, saya punya kecenderungan untuk membuat ide, saya jadi sangat rumit dan melangit sehingga ide saya semakin sulit untuk diuji secara empiris. Kelima, karena saya tambah malas saya tidak mengikuti diskusi teoritis dan empiris terkini mengenai argumen-argumen saya yang baru. Terakhir, membicarakan gagasan sendiri kerap harus menggunakan kata ganti orang pertama tunggal dan ini menimbulkan semacam konflik, setidaknya dalam diri saya antara kesenangan sok pamer kepintaran dan perasaan bersalah yang dimunculkan oleh superego saya. (h.93-94)
KRITIK
                Kritik ilmiah terhadap teori Tolman jelas valid. Teorinya tidak mudah, diteliti secara empiris. Teorinya menggunakan banyakvariabel individual, bebas, dan intervening yang sulit untuk dijelaskan semuanya. Tetapi Tolman telah mengantisipasi kritik itu dan seperti tercermin dalam penryataannya (1959).
BAB 16
PENUTUP
Tren terbaru dalam teori belajar
Belum ada jawaban final tentang proses belajar
            Dibab terakhir, kita membahas tren dalam teori belajar mutakhir. Diskusi kita ini bukan menuduh bahwa infomasi yang disajikan dibab-bab sebelumnya sudah usang. Hampir segala sesuatu yang terjadi dalam teori belajar dwasa ini,  dalam beberapa hal adalah perluasan dari salah satu teori belajar utama yang disjikan dlam buku ini.
            TREN TERBARU DALAM TEORI BELAJAR
            Setidaknya ada empat tren utama dalam pendekatan studi belajar dewasa ini. Pertama, teori belajar saat ini lebih sederhana cakupanya, Teori Estes di bab 9 adalah contoh dari reduksi domain teori belajar kontemporer. Kedua, ada penekanan pada neurofisiologi belajar,yaitu mengenai proses belajar berangkat dari pandangan gerakan behavioristikdan kini semakin populer. Ketiga, proses kognitif seperti pembentukan konsep, pengambilan resiko, dan pemecahan masalah kembali menjadi topik studi yang populer.
BEBERAPA PERTANYAAN TENTANG BELAJAR YANG BELUM TERJAWAB
Bagaimana belajar bervariasi sebagai fungsi pendewasaan?
            Banyak peneliti (misalnya, piaget dan Hebb) menemukan bahwa belajar yang terjadi pada suatu tahap pendewassaan tidak sama dengan yang terjadi pada tahap pendewasaan lainya. Alih-alih memikirkan belajar sebagai proses uniter yang terjadi atau tidak terjadi, kita perlu mengeksplorasi lebih jauh bagaimna proses belajar mungkin berubah sejalan dengan perubahan pendewassaan.
BELUM ADA JAWABAN FINAL TENTANG PROSES BELAJAR
            Tidak ada jawaban final berkenaan dengan sifat proses belajar dalam buku ini. Tetapi, fakta itu tidak perlu membuat mahasiswa putus asa, sebab dalam sains tidak pernah ada jawaban final. Dalam sains, pengetahuan terus berkembang dan evolusi akan bergantung pada variasi.
            Dalam menentukan perilaku manusia, tidak ada proses yang lebih penting ketimbang belajar, dan jika begitu, maka salah upaya yang penting yang bisa dilakukan seseorang adalah membantu mengungkapkan misteri dibalik proses belajar itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar