Seberapa permanenkah relatif permanen
itu?
Belajar dan kinerja
Mengapa kami merujuk pada praktik atau
pengalaman?
Apakah belajar berasal dari jenis pengalaman
spesifik?
Definisi belajar yang dimodifikasi
Apakah
ada perbedaan antara jenis-jenis belajar?
Pengkondisian klasik
Pengkondisian instrumental
B
|
elajar (learning)
adalah salah satu topic paling penting di dalam psikologi dewasa ini. American Heritage
Dictionary mendefinisikan “untuk mendapatkan pengetahuan, memahami,
atau menguasai melalu pengalaman atau study”. Namun definisi ini tidak bias
diterima sebab ada istilah yang samar di dalamnya, seperti pengetahuan,pemahaman,dan
penguasaan. Definisi yang cukup popular yang dikemukakan oleh Kimble (1961,
h. 6), yaitu belajar sebagai perubahan tang relative permanen di dalam potensi
behavioral yang terjadi sebagai akibat dari praktik yang diperkuat.
Pertama, belajar diukur berdasarkan perubahan dalam perilaku; dengan kata lain, hasil dari
belajar harus selalu diterjemahkan kedalam perilaku atau tindakan yang dapat
diamati. Kedua, perubahan behavioral ini relatif
permanen; artinya, hanya sementara dan tidak menetap. Ketiga, perubahan
perilaku itu tidak selalu terjadi langsung setelah proses belajar selesai.
APAKAH BELAJAR PASTI
MENGHASILKAN PERUBAHAN PERILAKU?
Psikologi telah menjadi ilmu
behavioral dengan segala kelebihan dan kekuranganya,Sebuah ilmu pengetahuan
atau sains membutuhkan pokok persoalan yang dapat diamati, diukur, dan dalam
ilmu psikologi,pokok persoalan itu adalah perilaku. Jadi, apapun yang kita
pelajari dalam psikologi harus diekspresikan melalui perilaku, tetapi ini bukan
berarti bahwa belajar adalah sebuah perilaku. Dan kita bias mengambil
kesimpulan mengenai proses yang diyakini merupakan sebab dari perubahan
perilaku yang kita lihat. Dalam kasus ini, proses itu dinamakan belajar.
Mengapa
Kita Mengacu Pada Praktik atau Pengalaman?
Jelas bahwa tak
semua perilaku dipelajari. Perilaku yang lebih sederhana adalah hasil dari
refleks. Sebuah reflex dapat didefinisikan sebagai respon yang tak dipelajari
lebih dahulu atau respons pembawaan internal dalam rangka bereaksi terhadap
sekelompok stimuli tertentu. Bersin, ketika hidung anda tergelitik, kaki anda
tersentak mendadak ketika lutut anda dipukul.
APAKAH
ADA PERBEDAAN ANTARA JENIS- JENIS BELAJAR?
Belajar,
seperti
yng sudah kita lihat, adalah istilah umum yang digunakan untuk mendeskripsikan
perubahan potensi perilaku yang berasal dari pengalaman. Akan tetapi, conditioning
(pengkondisian) adalah istilah yang lebih spesifik yang dipakai untuk
mendeskripsikan prosedur aktual yang dapat memodifikasi perilaku.
Penerimaan
kualifikasi “relatif permanen” dalam definisi belajar juga akan menentukan
apakah proses sensitisasi dan habituasi diterima sebagai contoh dari belajar.
Sensitisasi adalah proses dimana suatu organisme menjadi lebih responsive
terhadap aspek tertentu dari lingkungannya. Habituasi adalah proses dimana
suatu organisme kurang responsive pada lingkungannya.
Menurut definisi Kimble
(1961), belajar berasal dari praktik
yang diperkuat. Tetapi sekarang dimungkinkan untuk merevisi definisi belajar
dari kimble sehingga definisi ini lebih netral dalam kaitannya dengan aspek
penguatan.Belajar adalah perubahan perilaku atau potensi yang relative permanen
yang berasal dari pengalam dan tidak bias di nisbahkan ke keadaan tubuh
temporer seperti keadaan yang di sebabkan oleh sakit, keletihan atau
obat-obatan.
Perilaku manusia
terbentuk melalui proses belajar, belajar akan membantu kita memahami mengapa
kita berperilaku seperti yang kita lakukan sekarang. Praktik pengasuhan anak
juga dapat memanfaatkan prinsip belaja. Jelas setiap individu berbeda satu sama
lain, perbedaan ini mungkin bisa di terangkan dalam pengalaman belajar yang
berbeda. Ada juga hubungan antara belajar dengan praktik pendidikan, perinsip
yang terungkap selama mengkaji proses belajar si laboraturium pada akhirnya
akan dipakai dalam pengkajian di kelas.
BAB 2
PENDEKATAN UNTUK
STUDI TENTANG BELAJAR
B
|
Anyak teoritisi belajar berpendapat bahwa belajar hanya diamati
secara tak langsung melalui perubahan perubahan perilaku. Karenanya, saat kita
mengkaji belajar, kita mengamati perilaku atau tindakan, dan berdasarkan
pengamatan ini kita menyimpulkan tipe belajar tertentu yang telah terjadi atau
yang tak terjadi.
STUDI
SISTEMATIS TERHADAP BELAJAR
Dimasa
modern, bagian dari psikologi yang membahas proses belajar telah menjadi makin
ilmiah (scientific).
Aspek-aspek teori
Dalam dunia pengetahuan ilmiah, empirisme dan rasionalisme menyatu
dalam scientific theory (teori ilmah). Teori ilmiah mengandung dua
aspek penting, Pertama, sebuah teori memiliki aspek formal yang mencakup kata
dan simbol yang ada didalam teori. Kedua, sebuah teori memiliki aspek empiris
yang terdiri dari peristiwa-peristiwa fisik yang hendak dijelaskan oleh teori
itu.
EKSPERIMEN
BELAJAR
Ulasan
ringkas jalanya riset ke teori; Pertama,kita harus menjelaskan sebuah pokok
persoalan , Ini biasanya berbentuk definisi umum tentang belajar atau deskripsi
umum tentang fenomena yang dikaji. Kemudian kita berusaha menyebutkan
kondisi-kondisi yang diperlukan agar fenomena itu terjadi.
1.
Aspek apa dari
proses belajar yang harus diteliti?Aspek
apa yang harus diteliti tentu saja sebagian ditentukan oleh teori tentang
belajar yang dianut seseorang
2.
Teknik
idiografi vs Nomotesis. Haruskah
periset secara intensif mempelajari proses belajar dari data subjek
eksperimental didalam beragam situasi
3.
Subjek manusia
vs subjek hewan nonmanusia. Jika
periset memilih menggunakan manusia sebagai peserta eksperimental, mereka pasti
memikirkan bagaimana hasil riset dari laboratorium bisa digeneralisasikan
kedunia.
BELAJAR DALAM
LABORATORIUM VERSUS OBSERVASI NATURALISTIS
Ingat bahwa ilmu
pengetahuan berurusan dengan pernyataan-pernyataan yang diverifikasi melalui
eksperimentasi. Berbeda dengan observasi naturalistis, dimana priset tidak
punya kontrol atas hal-hal yang sedang diamati, sebuah eksprimen dapat
didefinisikan sebagai observasi terkontrol.
P
|
Walaupun tujuan
ilmu pengetahuan adalah untuk menemukan hukum-hukum (hubungan yang teramati
antar kejadian), enelitian ilmiah tak cukup hanya dengan mengamati dan mencatat
ratusan atau mungkinribuan hubungan empiris. Priset masih dapat melangkah lebih
jauh lagi dengan mempostulatkan konsep motivasi yang lebih umum dan memasukan
faktor psikologis dan fisiologis kita (yakni, kebutuhan untuk mencapai prestasi
atau aktualisasi diri).
Karena teori
hanya alat riset, ia tidak bisa dikatakan salah atau benar ia bisa dikatakan
berguna atau tidak berguna. Jadi, kita melihat bahwa teori harus terus-menerus
menghasilkan hipotesis dasar yang mungkin membuktikan bahwa teori itu tidak
efektif.
BAB 3
GAGASAN AWAL
TENTANG BELAJAR
ESTIMOLOGY
DAN TEORI BELAJAR
Epistomology (Eistimology) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan hakikat
pengetahuan. epistimolog mengajukan pentanyaan seperti apa pengetahuan?apa yang
bisa kita ketahui?apa batas pengetahuan?apa arti dari tahu atau mengerti?darimana
asal pengetahuan? Pertanyaan-pertanyaan ini sudah ada sejak masa Yunani kuno.
Pandangan plato dan Aristoteles tentang hakikat pengetahuan telah memengaruhi
kecenderungan filsafat yang masih bertahan sampai sekarang. Plato percaya bahwa
pengetahuan adalahdiwariskan, dan karenanya, merupakan komponen natural dari
pikiran manusia. Menurut palto , seorang mendapatkan pengetahuan dengan
merenungi dari isi pikiran seseorang. Aristoteles sebaliknya, percaya bahwa
pengetahuan berasal dari pengalaman indrawi dan tidak diwariskan.
Filsafat Plato
dan Aristoteles menunjukan kesulitan dalam penggunaan istilah filsafat umum seperti
rasionalis, nativis, dan empiriris. Menurut Plato, pencarian, atau kesadaran, akan
pengetahuan batin (dalam) sering dipicu oleh pengalaman indrawi.
PLATO
Menurut ahli
filsafat Plato (427-347) adalah murid paling terkenal dari filsuf Socrates. Sebenarnya
Socrates tidak pernah menulis apapun tentang filsafat nya ajaran yang ditulis
oleh Plato. Menurut Plato, setiap objek di dunia objek memiliki "ide"
atau "bentuk" abstrak yang menyebabkannya. Informasi indrawi hanya menghasilkan opini
ide-ide abstrak itu sendiri adalah satu-satunya basis dari pengetahuan yang
benar. Semua manusia memiliki jiwa. Sebelum dimasukan ke tubuh pada saat kelahiran,
jiwa berada di dalam engetahuan yang lengkap dan murni. Jadi semua jiwa manusia
mengetahui segala sesuatu sebelum masuk ke tubuh.
ARISTOTELES
Aristoteles (382-322), salah satu murid Plato, bahwa
pada awalnya menganut ajaran Plato namun kemudian berbeda pendapat dengannya.
Perbedaan dasar antara kedua pemikir itu adalah dalam sikap mereka terhadap
informasi indrawi. Aristoteles berpendapat bahwa sumber pengetahuan adalah
pengalaman indrawi maka dia disebut sebagai empiris, Aistoteles mmenyusun banyak fakta tentag fenomena fisik dan
biologi.
AWAL
PSIKOLOGI MODERN
Menurut ahli
sains Rene Descrates (1596-1650) berusaha mengkaji semua penelitian semua
filsafat dengan sikap ragu. Pekiran atau lingkungan fisik dapat memunculkan
perilaku. Depkripsi gerak refleks ini berpengaruh besar terhadap psikologi.
Descrates dapat dianggap sebagai pelopor psikolog stimulus respons. Pikiran
adalah bebas dan hanya dimiliki manusia saja. Dalam menjelaskan cara kerja
pikiran, Descrates bersandar pada innate ideas (ide bawaan), dan karenanya
tampak ada pengaruh Plato dalam filsafatnya.
PENGARUH
HISTORIS LAIN TERHADAP TEORI BELAJAR
Thomas Hobbes (1588-1679) menentang gagasan bahwa ide
bawaan adalah sumber pengetahuan. Hobes percaya bahwa stimuli dapat membantu atau
menghambat fungsi vital dari tubuh. Hobes percaya bahwa pembentukan masyarakat
manusia adalah hal terbaik dari dua hal yang sama-sama buruk sebab ia mereduksi
kemungkinan perkaitas terus menerus antara sesama manusia. Pendapat ini mirip dengan yang dianut oleh
Freud bertahun-tahun kemudian.
Charles darwin (1809-1882) mendukung
gagasan evolusi biologis dengan menyajikan banyak bukti, sehingga pandanganya
dikaji secara serius.
MAZHAB
PSIKOLOGI AWAL
Voluntarisme
Mazhab
psikologi pertama adalah voluntarism (voluntarisme), dan aliran ini didirikan
oleh Wilhelm Maximimillian Wund
(1832-1920), yang mengikuti tradisi rasionalis Jerman. Tujuan Wundt adalah
mempelajari kesadaran sebagaimana ia dialami secara langsung dan mempelajari
produk dari kesadaaran seperti berbagai pencapaian kultural.
Struktualisme
Ketika aspek dari voluntarisme Wund ditransferoleh murid-muridnya
ke amerika serikat, aspek aspek itu dimodifiksi secara signifikan dan menjadi
aliran structualism.
Edward Titchner
(1867-1927) mendirikan mazhab strukturalisme di Cornell University. Strukturalisme,
seperti aspek eksperimental dari voluntarisme Wundt, melakukan studi sistematis
atas keadaan manusia juga ia juga mencari unsur-unsur pemikiran. Voluntarisme
dan strukturalisme sama-sama mencari elemen-elemen pikiran. Struktural berusaha
menggunakan metode ilmu pengetahuan untuk menyokong keyakinan filsafat lama. Artinya, ide-ide sederhana dikombinasikan
ke dalam ide kompleks melalui hukum asosiasi.
Fungsionalisme juga muncul di AS dan pada awalnya
berdampingan dengan strukturalisme. Kontribusi utama fungsionalisme untuk teori
belajar adalah bahwa mereka mempelajari hubungan kesadaran dengan lingkungan,
bukan menyadarinya sebagai fenomena tersendiri.
Pendiri
liran behaviorism (behaviorisme) adalah John B. Watson (1878-1958), yang
mengatakan bahwa kesadaran hanya dapat dipelajari melalui proses intropeksi,
sebuah alat riset yang tidak bisa diandalkan. Tidak ada lagi intropeksi, tak
ada lagi pembicaraan soal perilaku naluriah, dan tak ada lagi usaha mempelajari
kesadaran manusia atau pikiran bawah sadar. Perilaku adalah apa yang dapat kita
lihat dan karenanya perilaku adalah apa yang kita pelajari.
BAB
5
BURHUSS
FREDERIC SKINNER
Konsep
teoritis utama
Behaviorisme Radikal
Perilaku responden
Pengkondisian tipe S dan tipe R
Prinsip pengkondisian operan
Kotak skinner
Pencatatan kumulatif
Pengkondisian respons penekann tuas
Pembentukan
Pelenyapan
Pemulihan spontan
Perilaku tkhayul Relativitas penguatan
Operan diskriminatif david premack
Penguatan sekunderrevisi prinsip
premack
Penguatan yang digeneralisasikan william timberlatte
Perantaian
Penuatan
positif dan negatif Kesalahan perilaku organisme
Hukuman
Alternatif utuk hukuman pandangan skinner tentang pendidikan
Perbandingan
skinner dan an thorndike
Jadwal penguatan
Perilaku verbal
Kontrak kontingensi
Sikap skinner terhadap teori
belajar
Kebutuhan akan teknologi perilaku.
S
|
kkiner
1940-1990 lahir di susquehanna, pennsylvania. Dia meraih gelar master pada1930
dan Ph,D. Pada 1931 dari harvard university. Gelar B.A> diperoleh dari
hamilton college, new york, dimana dia mengambil jurusan sastra bahassa
inggris. Saat di hamilon, skinner makan siang bersama robert frost, seorang
penyair besar amerika, yang mendorong skinner lalu memutuskan menjadi penulis.
Keputusan ini ternyata mengecewakan ayahnya, seorang pengacara, yang berhrap
putranya menjadi seorang pengacara.
Usaha
skinner untuk menjadi penulis banyak gagal sehingga dia mulai berfikir menjadi
psikiater. Dia akhirnya bekerja di industri batu bara sebagai penulis dokumen
hukum. Buku pertamanya, yang di tulis bersama ayahnya,berisi soal-soal dokumen
hukum dan diberi judul A Digest of
decisions of the anthracite board of conciliation. Setelah menyelesaikan
buku ini skinner pindah ke greenwichvillage di new york city, dimana dia hidup
seperti bohemian (seniman nyentrik) selama enam bulan sebelum masuk Harvard
untuk mempelajari psikolog. Pada saat itu dia sudah tidak suka dunia tulisan
sastra. Dalam autobiografinya (1967), dia mengatakan “saya gagal menjadi
penulis karena saya tidak punya sesuatu yang penting untuk dikatakan, namun
saya tidak bisa menerima penjelasan ini. Rasanya kesusastraan itulah yang
salah’ (h. 395). Saat dia gagal mendeskripsikan prilaku manusia lewat sastra,
skinner berusaha mendeskripsikan prilaku manusia melalui ilmu pengetahuan.
Jelas, dia lebih sukses dibidang pengetahuan ini.selama bertahun-tahun skinner
adalah penulis yang prolifik. Salah satu perhatian utamanya adalah
menghubungkan temuan laboratoriumnya dengan solusi problem manusia.
KONSEP TEORITIS UTAMA
Behaviorisme Radikal
Skinner
mengadopsi dan mengembangkan filsafat ilmiah yang dikenal sebagai radicalbehaviorism
(behaviorisme radikal). Orientasi ilmiah ini menolak bahasa ilmiah dan
interpretasi ilmiah yang mengacu pada mentalistic event (kejadian mental).
Sepetri telah kita bahas,beberapa teoritisi belajar behavioristik menggunakan
istilah dorongan,motivasi, dan tujuan, untuk menjelaskan aspek
tertentu dari prilaku manusia dan nonmanusia. Skinner menolak jenis istilah ini
karena istilah itu merujuk pada pengalaman mental yang bersifat pribadi, dan
menurutnya menyebabkan psikologi kembali kebentuk non-ilmiah. Menurut skinner,
aspek yang dapat di amati dan diukur dari lingkungan, dari prilaku organisme, dan
dari konsekuensi prilaku itulah yang merupakan materi penting untuk penelitian
ilmiah. Rigen (1990)menulis bahwa, skinner berpendapat bahwa sain atau ilmu
pengetahuan adalah soal pencarian sebab-sebab, bahwa identifikasi sebab-sebab
akan memungkinkan dilakukan prediksi dan kontrol, dan bahwa penelitian
eksperimental, yang dilakukan dengan benar, akan bisa mengidentifikasi
sebab-sebab itu.
Prilaku Responden dan Operan
Skinner membedakan dua
jenis prilaku: respondent behavior (prilaku
respondent), yang ditimbulkan oleh stimulus yang dikenali, dan operant behavior (prilaku operan), yang
tidak diakibatkan oleh stimulus yang dikenal tetapi dilakukan sendiri oleh
organisme.
Pengkondisian
Tipe S dan Tipe R
Bersama
dengan dua macam prilaku tersebut, ada dua jenis pengkondisian. Pengkondisian
Tipe S juga dinamakan respondent connditioning (pengkondissian
responden) dan identik dengan pengkondisian klasik). Ia disebut pengondisian
Tipe S karen amenekankan arti penting stimulus dalam menimbulkan respon yang
diinginkan. Tipe kondisi yang menyangkut prilaku opran dinamakan Tipe R karena
penekanannya adalah pada respond. Pengkondisian Tipe R juga dinamakan operant
conditioning (pengkondisian operan).
Dalam
pengkondisian operan, penekanannya adalah pada prilaku dan konsekuensinya;
dengan pengkondisian opran, organisme pasti merespon dengan cara tertentu untuk
memproduksi stimulus yang menguatkan. Proses ini juga merupakan contoh dari contigent reintforcement (penguatan kontigen), sebab usaha
mendapatkan pengatan adalah kontigan (tergantung) pada organisme yang
mengeluarkan respon tertentu. Kita akan membahas lebih lanjut penguatan
kontigen inii dalam pembahassan perilaku takhyul.
Prinsip yang sama juga bisa
diaplikasikan untuk pengembangan personalitas (kepribadian) manusia. Menurut
skinner, diri kita adalah diri yang diperkuat pada satu saat tertentu. Apa yang
kita sebut personalitas tak lain adalah pola prilaku yang konsisten yang
meringkas sejarah penguatan dalam diri kita. Kita belajar bicara bahassa
inggris, misalnya, karena kita sudah diperkuat untuk bicara bahasa inggris sejak
dini dilingkungan rumah kita.
Kotak
Skinner
Sebagian besarpercobaan binatang
skinner awal dilakukan dalam ruang tes kecil yang dilakukan dalam ruang tes
kecil yang kemudian terkenal sebagai Skinner
box (kotak skinner). Kotak ini adalah pengembangan dari kotak teka teki
yang dipakai oleh Thorndike. Kotak skinner biasanya menggunakan lantai
berkisi-kisi, cahaya, tuas/pengungkit, dan cangkir makanan. Ketika hewan
menekan tuas, mekanisme pemberian makanan akan aktif, dan secuil makanan akan
jatuh ke cangkir makanan.
Pencatatan
Komulatif
Skinner menggunakan comulative
recording (pencatatan komulatif) untuk mencatatprilaku hewan dalam
kotak skinner. Catatan komulatif ini berbeda dengan catatan penyusunangrafik
data dalam eksperimen belajar.
Pengkondisian
Respons Penekanan-Tuas
Biasanya, pengkondisian respon
penekanan-tuas menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Deprivasi.
Hewan
percobaan diletakan dalam jadwal deprivasi. Jika makanan akan dipakai sebagai
penguat (reinforce), hewan itu tidak
diberi makan selama 23 jam selama beberapa hari sebelum percobaan, atau dia
beri jatah makan 80 persen dari normal. Jika yang dipakai sebagai penguat
adalah air minum, maka hewan tidak diberi minum selama 23 jam selama beberapa
hari sebelum percobaan.
2.
Magazine
training.
Setelah menjalani jadwal deprivasi selama beberapa hari, hewan diletakn di
kotak skinner. Dalam magazine training, eksperimenter
menggunakan tombol eksternal dan secara periodik menarik mekanisme pemberian
makanan (yang juga dinamakan magazine),
dan memasstikan hewan itu tidak dekat-dekat dengan cangkir makanan saat
eksperimenter menekan tombol (sebab jika tidak hewan itu akan belajar untuk
tetap dekat-dekat dengan cangkir makan)
3.
Penekanan
tuas.
Sekarang hewan dibiarkan sendiri dikotak skinner. Pada akhirnya, hewan itu akan
menekan tuas, yang akan mengktifkan magazine
makana, akan menimbulkan bunyi klik dan memberi signal hewan hewan itu
untuk mendekati cangkir makanan.
Hukuman
Punishment
(hukuman)
terjadi ketika suatu respons menghilangkan sesuatu yang positif dari situasi
atau menabahkan sesuatu yang negatif. Dalam bahasa sehari-hari kita dapat
mengatakan bahwa hukuman adalah mencegah pemberian sesuatu yang diharapkan
organisme, atau memberikan organisme sesuatu yang diinginkannya. Dalam
masing-masing kasus, hasil dari responnya akan menurunkan probabilitas
terulangnya respons itu secara temporer. Skinner dan Thorndike memiliki
pendapat yang sama dalam efektivitas hukuman: hukuman tidakmenurunkan
probabilitas resppons. Walaupun hukuman bisa menekan suatu respons selama
hukuman itu ditetapkan, namun hukuman tidak melemahkan kebiasan.
Perbandingan
Skinner dan Thorndike
Meskipun skinner
dan Thorndike punya kesamaan pendapat dalam sejumblah isu penting seperti
kontrol prilaku oleh stimuli dilingkungan dan ketidakefektifan hukuman, namun
ada perbedaan penting pula diantara mereka. Misalnya, variabel terkait dalam
ekperimen belajar Thorndike (ukuan sejauh mana belajar terjadi) adalah waktu untuk solusi.
Prilaku
Verbal
Skinner percaya
bahwa prilaku verbal (bahasa) dapa diperjelas dalam konteks teori penguatan.
Bicara dan mendengar adalah respons-respons yang dipengaruhi oleh penguatan,
seperti halnya respons lainnya. Karenanya, setiap ucapan akan cenderungdiulang
jika ia diperkuat.
Kontrak
Kontingensi
Contigency
contracting
(kontrak kontingensi) adalah perluasanpemikiran skinnerian. Ringkasannya, ini
berarti menyusun semacam tata-situasi dimana seorang mendapat sesuatu yang
diinginkannya apabila orang itu bertindak dalam cara tertentu.
Sikap
Skinner Terhadap Teori Belajar
Skinner percaya
bahwa adalah tak perlu kita memutuskan teori yang rumit untuk mempelajari
prilaku manusia, dan dia percaya bahwa kita tak perlu tau koreasi fisiologis
dari prilaku. Dia percaya bahwa kejadian behavioral harusdideskripsikan dalam
term hal-hal yang langsung mempengaruhi prilaku dan adalah tidaklogis jika kita
berusaha untuk menjelaskan prilaku dalam term kejadian fisiologis. Karena
alasan ini, metode riset skinner disebut “pendekatan organisme kosong”.
Skinner juga
berpendapat bahwa teori belajar yang kompleks, seperti teori hull adalah
membuang-buang waktu dan sia-sia.
KESALAHAN
PERILAKU PADA ORGANISME
Dibab yang lalu
kita melihat bahwa Thorndike menyimpulkan bahwa hukum belajar yang sama berlaku
untuk semua mamalia, termasuk manusia. Skinner , seperti teoritisi belajar
lainya, sepakat dengan teori Thorndike. Setelah mengamati bagaimana spesies
hewan yang berbeda-beda melakukan aktifitas dalam jadwal penguatan tertentu,
Skinner (1956) memberi komentar, “Burung dara,tikus, monyet? Yang mana saja.
Tentu saja, spesies-spesies ini memiliki perilaku yang berbeda sebagaimana
anatomi mereka juga juga. Tetapi setelah Anda membiarkan perbedaan ini berlangsung dalam kontak mereka dengan
lingkungan, dan dalam tindakan mereka terhadap lingkungan, maka anda akan
melihat perilaku menunjukan properti yang mirip” (h. 230-231). Skinner kemudian
mengatakan bahwa kita juga bisa mengatakan aktivitas curut, kucing, anjing,dan
manusia memiliki karakteristik yang mirip-mirip satu sama lain.
PANDANGAN
SKINNER TENTANG PENDIDIKAN
Skinner, seperti
Thorndike, sangat tertarik untuk mengaplikasikan teori belajarnya ke proses
pendidikan. Menurut Skinner, belajar akan berlangsung sangat efektif apabila:
(1)informasi yang
akan dipelajari disajikan secara bertahap; (2)pembelajar segera diberi umpan
balik (feedback) mengenai akurasi pembelajaran mereka (yakni, setelah belajar
mereka segera diberi tahu apakah mereka sudh memahami informasi dengan benar
atau tidak); dan (3)pembelajar mampu belajar dengan caranya sendiri.
EVALUASI
TEORI SKINNER
Kontribusi
program riset
Skinner yang panjang dan produktif jelas amat berpengaruh terhadap psikologi
ilniah murni maupun terapan. Dibandingkan dengan banyak karya priset
lainya,sistem Skinner cukup langsung dan dapat dengan mudah diaplikasikan
berbagai problem mulai dari pelatihan hewan sampai terapi modifikasi perilaku
manusia. Pada satu titik ekstrim, karyanya menimbulkan hukum kesesuaian dan
berdampak tak langsung pada riset terhadap pembuatan keputusan behavioral.
BAB
9
William Kaye Estes
Konsep
Teoritis Utama
Generalisasi
Pelenyapan
Pemulihan
spontan
Percobaan
probabilitas
Metode
Belajar Marcov Menurut Estes
Estes
dan Psikologi Kognitif
Model
array kognitif: klasifikasi dan kategorisasi
Belajar
untuk Belajar
Status
Terkini Model Matematik untuk Belajar
Evaluasi
Teori Estes
Kontribusi
Kritik
S
|
Alah satu tren masa kini dalam
teori belajar adalah menjauhi teori yang luas dan komprehensif dan menuju ke
sistem yang lebih kecil. Para periset memfokuskan diri pada suatu area yang
mereka amati dan mengeksprolasinya secara menyeluruh. Keluasan akan
mengorbankan kedalama. Contoh dari tren ini adalah aa yang dosebutsebagai
teoritisi belajar sstatistik, yang berusaha membangun minisistem yang kukuh
untuk meneliti sederetan fenomena belajar. Yang paling berpengaruh, dan salah
satu yang paling awal, adalah Estes (1950). Estes, lahir pada 1919, mengawali
karir profesionalnya di university of Indiana. Dia pindah ke Stanford
University dan kemudian ke Rockefeller University, dan mengakhiri karirnya di
harvard dimana dia mendapat gelar profesor emeritus. Pada 1997 oleh Estes
dianugrahi mendali of Science, yang merupakan penghargaan tertinggi yang
diberikan oleh national science Foundation. Penghargaan itu diberikan berkat
jasanya “bagi teori kognisi dan belajar fundamental yang mengubah bidang
psikologi ekperimental yang memicu perkembangan ilmu kognitif kuantitatif.
Metode modeling kuantitatif dan
penekanannya pada ketetapan dan ketelitian telah menjadi standar bagi ilmu
psikologi modern”
di bab
5 kita telah mengemukakan beberapa riset tentang hukuman yang dilakukan Estes
saat dia masih menajdai mahasiswanya skinner di University of Minnesota.
Tetapi, Estes terkenal karena teori belajar statistiknya. Teori guthrie
keliatannya cukup sederhana: respon nya menjadi terkait dengan stimuli dalam
satu percobaan saja. Berikut ini asumsi yang dibuat oleh Estes:
Asumsi I. Situsi belajar terdiri dari
banyak elemen stimulus dalam jumblah tertentu. Elemen-elemen ini terdiri dari
banyak hal yang dialami pembelajaran pada awal oercobaan belajar.
Stimuli-stimuli itu bisa mencangkup kejadian ekperimental seperti cahaya, suara
berisik, materi verbal yang disajikan dalam drum memory, palang dan kotak
skinner, jalur T. Stimuli itu juga bisa stimuli yang dapat di ubah atau stimuli
sementara seperti prilaku eksperimenter, suhu, suara tambahan didalam dan di
luar ruangan, dan kondisi didalam diri subjek eksperimen seperti keletihan atau
sakit kepala.
Asumsi II. Semua respon yang diberikan
dalam ekperimental dapat digolongkan menjadi dua kategori. Jika responnya
adalah yang dicari oleh ekperimenter (seperti keluarnya air liur, mata
berkedip, menekan kepala, berbelok ke kanan di jalur T, atau melafalkan suku
kata yang tak bermkna dengan benar), ia dinamakan respon A1
Asumsi III.Semua elemen di S diletakan
dengan A1 atau A2. Sekali lagi, ini adalah situasi all-or-nothing: semua unsur stimulus dalam S adalah dikondisikan ke
respons yang di inginkan atau benar (A1) atau ke respon yang tidak relevan atau
keliru (A2).
Asumsi IV. Pembelajar terbatas terbatas
kemampuannya dalam mengalami S. Pembelajar mengalami hanya sebagian dari
stimuli yang tersedia pada setiap percobaan belajar, dan besarnya sampel
diasumsikan tetap konstan disepanjang eksperimen.
Asumsi V. Percobaan belajar berakhir
ketika respons terjadi: jika respons A1 menghentikan percobaan, element
stimulus dalam ɵ dikondisikan ke respons A1. Seperti Guthrie, Estesmenerima
penjelasan belajar kontiguitas. Ketika respon A1 muncul. Akan terbentuk
asosiasi antar respons itu dengan stimuli yang mendahuluinya.
Asumsi VI. Karena elemen di ɵ dikembalikan
ke S pada akhir percobaan, dan karena ɵ yang dijadikan sempel pada awal
percobaan belajar pada dasarnya adalah acak, proporsi elemen yang dikondisikan
ke A1 dalam S akan tercermin didalam ɵ pada awal setiap percobaan baru.
Dengan
menggunakan asumsi-asumsi diatas, kita dapat menurunkan pernyataan matematika
tang meringkaskan proses belajar seperti dikemukakan oleh Estes:
1.
Probabilitas
respon A1 pada setiap ooercobaan
(
) adalah sama dengan proporsi elemen yang dikondisikan ke A1
pada percobaan itu (
)
=![](file:///C:\Users\SAMSUNG\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image006.png)
![](file:///C:\Users\SAMSUNG\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image004.png)
![](file:///C:\Users\SAMSUNG\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image006.png)
![](file:///C:\Users\SAMSUNG\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image006.png)
![](file:///C:\Users\SAMSUNG\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image006.png)
![](file:///C:\Users\SAMSUNG\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image006.png)
2.
Dari
asumsi II dan III, semua elemen adalah elemen A1 (dengan probabilitas p) atau elemen A2 (dengan probabilitas q). Dan, ni adalah 100% elemen dalam
situasi itu, sehingga p+q=1,00 p=1,00-q
3.
Dari
asumsi V, elemen yang tak dikondisikan ke A1 pada setiap percobaan n direfleksikan dalam q) pasti merupakan elemen yang tidak di
prakondisikan ke A1 sebelium percobaan pertama dan yang tidak dikondisikan pada
A1 pada percobaan sebelumnya. Pada setiap percobaan n, probabilitas elemen itu tidak diprakondisikan pada perconaan
satu adalah (1-
). Demikian pula pada setiap percobaan n, probabilitas elemen tidak dikondisikan ke A1 pada percobaan sebelumnya
adalah (1-ɵ). Probabilitas dua kejadiian itu akan terjadi bersamaan (yakni,
probabilitas bahwa satu elemen tidak diprakondisikan dan belum dikondisikan)
adalah hasil matematis dari probabilitas pada individunya. Jadi, q=(1-
)(1-ɵ).
![](file:///C:\Users\SAMSUNG\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image008.png)
![](file:///C:\Users\SAMSUNG\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image008.png)
4.
Dengan
subtitusi dari 3, kita mendapatkan:
=1-(1-
)(1-ɵ).
![](file:///C:\Users\SAMSUNG\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image006.png)
![](file:///C:\Users\SAMSUNG\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image008.png)
Bagaimana teori Estes menggantikan
performa (kinerja) dengan training? Contoh
berikut ini mungkin membantu. Misalnya, kita punya dua pembelajar, yang satu
mulai dengan
=0 dan yang satunya
ɵ=0,05. Yang kedua juga memulai
=0 tetapi mampu mengambil stimuli lebih banyak dalam lingkungan
belajar. Untuk pembelajaran kedua, ɵ=0,20
![](file:///C:\Users\SAMSUNG\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image008.png)
![](file:///C:\Users\SAMSUNG\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image008.png)
Untuk pembelajaran pertama, pada percobaan 1,
=1-(1)
=0 pada percobaan 2,
=1-(1)
=0,05 pada
percobaan 3,
=1-(1)
=0,10
![](file:///C:\Users\SAMSUNG\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image008.png)
![](file:///C:\Users\SAMSUNG\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image010.png)
![](file:///C:\Users\SAMSUNG\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image012.png)
![](file:///C:\Users\SAMSUNG\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image014.png)
![](file:///C:\Users\SAMSUNG\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image016.png)
![](file:///C:\Users\SAMSUNG\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image018.png)
Dan performa pendekatan 100% (
=1,00) setelah sekitar 105 percobaan, dengan asumsi setiap
percobaan berhenti dalam respon A1.
![](file:///C:\Users\SAMSUNG\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image006.png)
Generalisasi
Generalisasi dari situasi belajar awal ke
situasi belajar lainnya dapat dengan mudah dijelaskan dengan teori sampling stimulus. Estes menggunakan
pendapat soal transfer yang sama dangan pendapat Thorndike dan ghuthrie. Yakni,
transfer terjadi pada seanjang dua situasi memiliki elemen stimulus yang
sama.jika banyak dari elemen sebelumnya dikondisikan ke respon A1 ada didalam
situasi belajar yang baru, probabilitas respons A1 kan muncul dalam situasi
baru itu akan cukup tinggi.
Pelenyapan
Estes menjelaskan proses pelenyapan
dangan cara yang paada dasarnya sama dengan yang dilakukan Guthrie. Karena
dalam suatu pelenyapan suatu percobaanbiasanya diakhri setelah subjek melakukan
sesuatu selain A1, elemen stimulis yang sebelumnya dikondisikan ke A1
pelan-pelan akan kembali lagi ke A2.
Pemulihan Spontan
Seperti telah dikemukakan di bab 7,
pemulihan spontan adalah munculnya kembali respon yang dikondisikan setelah
respons itu mmengalami pelenyapan. Untuk menjelaaskan pemulihan spotan, Estes
memperluas sedikit penjelasannya mengenai S. Sebagaimana telah dikemukakan di
awal, S didefinisiskan menjadi jumblah total dari elemen stimulus yang hadir
pada awal percobaan dalam eksperimen belajar.
Pencocokan Probabilitas
Selama bertahun-tahun para behavioris
dibingungkan oleh teka-teki fenomena probability maching (pencocokan
probabilitas). Eksperimen pencocokan probabilitas profesional adalah dengan
menggunakan signal cahaya yang diikuti dengan satu atau dua cahaya lainya.
Ketika signal cahaya menyala, subyek percobaan menduga cahaya mana dari dua
cahaya lain yang akan muncul.
MODEL BELAJAR MARCOV MENURUT ESTES
Semua teori belajar statistika bersifat
probabilistik: yakni, variabel bebas yang mereka study adalah probabilitas
respons. Tetapi, ada perbedaan opini mengenai apa sifat dari belajar yang
ditunjukan oleh perubahan probabilitas respons ini kepada kita. Perdebatan
klasiknya adalah soal apakah belajar itu gradual atau langsung lengkap dalam
satukali percobaan. Thorndike berpendapat bahwa belajar adalah bertahap dan
ertambah sedikit demi sedikit dari satu percobaan ke percobaan selnjutnya. Hull
dan Skinner sepakat dengan Thorndike.
Teori sampling
stimulus Estes menerima sudut pandang inkremental (gradual) maupun all-or-none tentang proses belajar.
ESTES DAN PSIKOLOGI KOGNITIF
Meskipun
Estes seorang teoritisi kontiguitas, namun di tahun-tahun belakangan ini dia
belakangan dia lebih menekankan pada mekanisme kognitif dalam analisisnya
terhadap belajar (lihat, misalnya, Estes 1969a, 1969b,1971, 1972, 1973, 1978).
Seperti yang telah kita lihat,analisis awalnya mengikuti pendaopat Guthrie
dengan mengasumsikan bahwa apapun stimuli yang ada pada saat terminasi suatu
percobaan belajar akan diasosiasikan dengan respon yang menghentikan percobaan
itu. Baik Guthrie maupun Estes memandang belajar sebagai asosiasi kejadian yang
terjadi bersamaan secara mekanis dan otomatis, pada intinya, organisme,
termasuk manusia, dianggap sebagai mesin yang dapat merasakan, mencatat, dan
merespons. Walaupun masih bersifat mekanistis, analisis Estes ysng lebih
belakangan lebih kompleks karena Ia mempertimbangkan pula pengaruh dari
peristiwa kognitif.
Model Array Kognitif: Klasifikasi dan
Kategorisasi
Estes memandang teori sampling stimulus (SST) sebagai
perluasan matematis dari teori transfer elemen identik Thorndike. Yakni, teori
itudikembangkan untuk membuat predksi untuk membantu kita menghadapi problem
sekarang atau mengantisipasi masa depan.
BELAJAR UNTUK BELAJAR
Kontoversi
mengenai pendapat belajar inkremental versus all-or-none (terkadang disebut continuity-noncontinuity controversy)masih
ada dan kemungkinan akan terus berlangsung sampai beberapa waktu kedepan.
Seperti halnyadengan pandangan paling ekstrem lainya, kebenaran mungkin akan
ditemukan diantara kdua pendapat itu. Contoh yang tampaknya memuaskan bagi
kedua pedapat yang berseteru iu adalah pendapat awla Estes bahwa, debgan
lingkungan belajar yang kompeks, proses belajar langsung dengan cara sekaligus
atau tidak sama sekali (all-or none), hanya
saja ia berjalan demi sedikit pada satu waktu.
Tampak bahwa hewan itu learning
to learn (belajar untuk belajar) atau membentuk apa yang harlow ddi
sebut learning set.
STATUS TERKINI MODEL MATEMATIKA UNTUK
BELAJAR
Walaupun kita telah meminimalkan kajian
matematis dalam pembahasan tentang Estes dibab ini, pendekatan Estes
sesungguhnya sering disebut sebagai model matematika untuk belajar sebab dia
berusaha menunjukan bagaimana proses belajar dapat dideskripsikan dalam term
rumus matematika. Model matematika ini relatif baru dalam psikologi. Para
psikolog ingin ilmiah, dan bahasa sains ilmiah adalah matematika.
KRITIK
Ada
sejumlah kritik yang ditunjukan ke teori Estes. Pertama, dan yang paling sering
dilihat oleh mahasiswa teori belajar, adalah berkenaan dengan cakupan teori
yang amat sangat terbatas. Teori-teori awal membangun struktur yang mungkin
bisa menjelaskan mekanisme yang mendasari proses belajar dan diperluas ke
praktik pendidikan. Bahka teori pavlov berkembang melampaui teori respons
reflektif dan membahas berbagai fenomena kompleks
BAB 12
EDWARD CHACE TOLMAN
Perilaku Moral
Behaviorisme Puposif
Penggunaan Tikus
Konsep Teoritis Utama
Apa yang Dipelajari?
Konfirmasi versus Penguatan
Vicarious Trial and Error
Belajar versus Performa
Belajar Laten
Belajar Ruang versus Belajar Respons
Ekspektasi Penguatan
Aspek Formal Teori Tolman
Variabel Lingkungan
Variabel Perbedaan Individual
Variabe Intervening
Formalisasi MacCorquodale dan Meehl Atas
Teori Tolman
Enam Jenis Belajar
Cathexes
Keyakinan Ekuivalensi
Ekspetasi Medan
Mode Medan-Kognisi
Diskriminasi Dorongan
Pola Motor
Sikap Tolman Terhadap Teorinya Sendiri
Pendapat Tolman tentang Pendidikan
Evaluasi Teori Tolman
Kontribusi
Kritik
Tolman (1886-1959) lahir di Newton, Massachusetts, dan meraih gelar B.S
dari Massachusetts Institute of Technology di bidang elektrokimia pada 1911.
Gelar M.A (1912) dan Ph.D (1915) diperoleh dari Harvard University untuk bidang
psikologi. Dia mengajar di Northwestern University dari 1915 sampai 1918, saat
dia dikeluarkan karena “kurang sukses dalam mengajar” ; tetapi kemungkinan dia
dikeluarkan karena sikap pasifismenya selama masa perang. Dari Northwestern dia
pindah ke University of California dan tetap disana sampai pensiun. Tetapi,
masa-masa di California sempat terputus saat dia dipecat karena menolak
menandatangani sumpah kesetiaan. Dia memimpin perjuangan melawan sumpah
loyalitas yang dianggapnya melanggar kebebasan akademik. Profesor ini akhirnya
diterima kembali setelah dia memenangkan kasus ini di pengadilan.
PERILAKU MORAL
Karakteristik utama moral behavior (perilaku moral) adalah
perilaku itu purposif (memiliki tujuan); yakni, ia selalu diarahkan untuk suatu
tujuan. Mungkin pembaca kini bisa memahami lebih baik judul karya Tolman Purposive Behavior in Animals and Men (1932).
Tolman tak pernah berpendapat bahwa perilaku dapat dibagi-bagi menjadi
unit-unit kecil untuk tujuan studi; dia menganggap bahwa seluruh pola perilaku
memiliki makna, yang akan bilang jika diteliti dari sudut pandang elemetastik.
BEHAVIORISME PURPOSIF
Teori Tolman disebut sebagai purposive
behaviorism (behaviorisme purposif) sebab ia berusaha menjelaskan
perilaku yang diarahkan untuk mendapatkan tujuan, atau purposive behavior (
perilaku purposif atau bertujuan). Perlu ditekankan bahwa Tolman menggunakan
istilah purposive sebagai deskripsi saja.
KONSEP TEORETIS UTAMA
Tolman memperkenalkan penggunaan
variabel intervening (penyela) ke
dalam riset psikologi dan Hull meminjam ide ini dari Tolman. Hull dan Tolman
menggunakan variabel intervening dengan cara yang sama. Tetapi, Hull
mengembangkan teori belajar yang lebih luas dan komprehensif ketimbang Tolman.
APA YANG DIPELAJARI?
Behavioris, seperti Pavlov,
Watson, Guthrie, dan Hull, mengatakan bahwa asosiasi stimulus-respons adalah
dipelajari dan proses belajar yang kompleks melibatkan hubungan S-R yang
komplek pula. Tetapi, Tolman memulai dari teori Gestalt dengan mengatakan bahwa
belajar pada dasarnya adalah proses menemukan hal-hal tertentu dalam
lingkungan. Organisme, melalui eksplorasi, menemukan bahwa kejadian tertentu
akan menimbulkan kejadian lain atau satu isyarat akan menghasilkan isyarat
lain.
KONFIRMASI VERSUS PENGUATAN
Senada dengan Guthrie, Tolman
menganggap konsep penguatan tidak penting sebagai variabel belajar, tetapi ada
kemiripan antara apa yang dinamakan Tolman sebagi konfirmasi dengan apa yang
oleh behavioris dinamakan penguatan. Selama pengembangan peta kognitif,
ekspektasi dipakai oleh organisme. Ekspektasi adalah perkiraan tentang apa yang
akan muncul.
BELAJAR VERSUS PERFORMA
Dalam teori terakhir Hull,
jumlah percobaan yang diperkuat adalah satu-satunya variabel belajar; variabel
lain dalam sistemnya adalah variabel performa. Performa dapat dianggap sebagai
penerjemahan belajar ke perilaku. Perbedaan antara belajar dan performa ini
penting bagi Hull, dan lebih penting lagi bagi Tolman.
Ringkasan dari poin-poin diatas
adalah:
1.
Organisme membawa berbagai macam hipotesis ke
situasi pemecahan masalah, dan ia mungkin akan menggunakannya untuk memecahkan
masalah. Hipotesis ini sebagian besar didasarkan pada pengalaman sebelumnya,
tetapi Tolman percaya bahwa beberapa strategi pemecahan masalah mungkin
bersifat bawaan.
2.
Hipotesis yang bertahan adalah hipotesis yang
berhubungan paling baik dengan kenyataan, yakni hipotesis yang menghasilkan
pencapaian tujuan.
3.
Setelah beberapa waktu akan berkembang peta
kognitif, dan ia bisa dipakai dalam kondisi yang lain.
4.
Ketika ada beberapa permintaan atau motif yang
harus dipenuhi, organisme akan menggunakan informasi dalam peta kognitifnya.
Fakta bahwa informasi dapat eksis tetapi hanya dipakai dalam kondisi tertentu
adalah basis untuk membedakan antara belajar dan performa.
BELAJAR LATEN
Belajar Laten adalah
belajar yang tidak diterjemahkan ke dalam performa atau kinerja. Dengan kata
lain, adalah mungkin hasil belajar akan tetap disimpan dalam jangka waktu yang
lama sebelum ia dimunculkan dalam bentuk perilaku. Konsep belajar laten sangat
penting bagi Tolman, dan dia menganggap dirinya telah berhasil menunjukan
eksistensinya.
Pelenyapan Laten.
Teoritisi penguatan seperti Pavlov, Hull, dan Skinner memandang pelenyapan
sebagai sebuah proses aktif. Menurut mereka, agar terjadi pelenyapan, respons
yang telah diperkuat sebelumnya harus diberikan tetapi tidak diperkuat. Dalam
situsasi ini tingkat atau besaran respons yang diperkuat sebelumnya akan kembali
ke level sebelum ia diperkuat. Tetapi menurut Tolman, belajar terjadi melalui
observasi dan bebas dari penguatan.
BELAJAR RUANG VERSUS BELAJAR RESPONS
Tolman berpendapat bahwa hewan
belajar dimana sesuatu itu berada, sedangkan teoritisi S-R berpendapat bahwa
hewan mempelajari respons spesifik dan stimuli spesifik. Tolman dan rekannya
melakukan serangkaian percobaan yang dirancang untuk mengetahui apakah hewan
adalah pembelajar ruang, seperti dikatakan Tolman ataukah pembelajar repons,
seperti dikatakan teoritisi S-R.
EKSPEKTASI PENGUATAN
Istilah memahami (understanding) tidak asing bagi Tolman
dan bagi behavioris lainnya. Dalam situasi pemecahan masalah, kita belajar
dimana letak tujuannya, dan kita sampai kesana dengan mengikuti rute paling
pendek. Kita belajar memperkirakan kejadian tertentu akan muncul mengikuti
kejadian lainnya. Hewan memperkirakan bahwa jika ia pergi ke suatu tempat, ia
akan menemukan penguat tertentu.
VARIABEL LINGKUNGAN
Tolman memandang ∑OBO
sebagai variabel bebas karena ia berpengaruh langsung terhadap variabel terikat
(yakni, rasio perliaku), dan ia di dalam kontrol eksperimenter yang menetukan
jumlah percobaan latihan. Selain ∑OBO, sejumlah variabel bebas lainnya
dapat memengaruhi performa. Tolman menunjukkan daftar berikut ini:
M = Jadwal
pemeliharaan. Simbol ini mengacu pada jadwal deprivasi hewan, mislanya, jumlah
jam sejak ia makan.
G = Ketetapan
objek tujuan. Penguat harus terkait dengan keaadan dorongan hewan saat ini.
S = Tipe dan
Mode stimuli yang disediakan. Simbol ini merujuk pada kemenonjolan sinyal atau
petunjuk yang tersedia bagi hewan dalam situasi belajar.
R = Tipe Respons
motorik yang diperlukan dalam situasi belajar.
P = Pola sebelum
dan sesudah unit jalur teka teki, pola tindakan yang perlu dilakukan untuk memecahkan
teka teki seperti yang ditetapkan oleh eksperimenter.
∑OBO
= Jumlah percobaan dan sifat kumulatifnya.
FORMALISASI MACCORQUODALE DAN MEEHL ATAS
TEORI TOLMAN
Maccorquodale dan Meehl (1953)
berusaha melakukan formalisasi teori Tolman seperti yang dilakukan Voeks
terhadap teori Guthrie. Mereka berusaha untuk membuat istilah Tolman menjadi
lebih persis dan konsepnya lebih mudah diuji.
ENAM JENIS BELAJAR
1.
Cathexes
2.
Keyakinan Ekuivalensi
3.
Ekspektasi Medan
4.
Mode Medan-Kognisi
5.
Diskriminasi Dorongan
6.
Pola Motor
SIKAP TOLMAN TERHADAP TEORINYA SENDIRI
“Saya akan memulai dengan
mengeluarkan unek-unek. Jika apa yang disampaikan dalam buku ini tidak jelas,
saya sudah menyiapkan setengah lusin dalih. Pertama, saya kira masa keemasan
sistem agung yang mencakup segala hal dibidang psikologi, seperti yang pernah
saya lakukan, kini sudah berlalu. Kedua, Saya tidak suka berpikir terlalu
analitis. Ketiga, saya secara personal merasa antipati terhadap gagasan
kemajuan sains melalui analisis yang mendalam dan penuh kesadaran tentang apa
yang mesti dilakuakan orang dan kemana orang itu harus melangkah. Keempat, saya
punya kecenderungan untuk membuat ide, saya jadi sangat rumit dan melangit
sehingga ide saya semakin sulit untuk diuji secara empiris. Kelima, karena saya
tambah malas saya tidak mengikuti diskusi teoritis dan empiris terkini mengenai
argumen-argumen saya yang baru. Terakhir, membicarakan gagasan sendiri kerap
harus menggunakan kata ganti orang pertama tunggal dan ini menimbulkan semacam
konflik, setidaknya dalam diri saya antara kesenangan sok pamer kepintaran dan
perasaan bersalah yang dimunculkan oleh superego saya. (h.93-94)
KRITIK
Kritik ilmiah terhadap teori
Tolman jelas valid. Teorinya tidak mudah, diteliti secara empiris. Teorinya
menggunakan banyakvariabel individual, bebas, dan intervening yang sulit untuk
dijelaskan semuanya. Tetapi Tolman telah mengantisipasi kritik itu dan seperti
tercermin dalam penryataannya (1959).
BAB
16
PENUTUP
Tren
terbaru dalam teori belajar
Belum
ada jawaban final tentang proses belajar
Dibab terakhir,
kita membahas tren dalam teori belajar mutakhir. Diskusi kita ini bukan menuduh
bahwa infomasi yang disajikan dibab-bab sebelumnya sudah usang. Hampir segala
sesuatu yang terjadi dalam teori belajar dwasa ini, dalam beberapa hal adalah perluasan dari
salah satu teori belajar utama yang disjikan dlam buku ini.
TREN TERBARU DALAM TEORI BELAJAR
Setidaknya ada
empat tren utama dalam pendekatan studi belajar dewasa ini. Pertama, teori
belajar saat ini lebih sederhana cakupanya, Teori Estes di bab 9 adalah contoh
dari reduksi domain teori belajar kontemporer. Kedua, ada penekanan pada
neurofisiologi belajar,yaitu mengenai proses belajar berangkat dari pandangan
gerakan behavioristikdan kini semakin populer. Ketiga, proses kognitif seperti
pembentukan konsep, pengambilan resiko, dan pemecahan masalah kembali menjadi
topik studi yang populer.
BEBERAPA
PERTANYAAN TENTANG BELAJAR YANG BELUM TERJAWAB
Bagaimana
belajar bervariasi sebagai fungsi pendewasaan?
Banyak peneliti
(misalnya, piaget dan Hebb) menemukan bahwa belajar yang terjadi pada suatu
tahap pendewassaan tidak sama dengan yang terjadi pada tahap pendewasaan
lainya. Alih-alih memikirkan belajar sebagai proses uniter yang terjadi atau
tidak terjadi, kita perlu mengeksplorasi lebih jauh bagaimna proses belajar
mungkin berubah sejalan dengan perubahan pendewassaan.
BELUM
ADA JAWABAN FINAL TENTANG PROSES BELAJAR
Tidak ada
jawaban final berkenaan dengan sifat proses belajar dalam buku ini. Tetapi,
fakta itu tidak perlu membuat mahasiswa putus asa, sebab dalam sains tidak
pernah ada jawaban final. Dalam sains, pengetahuan terus berkembang dan evolusi
akan bergantung pada variasi.
Dalam
menentukan perilaku manusia, tidak ada proses yang lebih penting ketimbang
belajar, dan jika begitu, maka salah upaya yang penting yang bisa dilakukan
seseorang adalah membantu mengungkapkan misteri dibalik proses belajar itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar